Tampilkan postingan dengan label imam khomeini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label imam khomeini. Tampilkan semua postingan

03 Juni 2014

0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

WASIAT SUFI AYATULLAH KHOMEINI KEPADA PUTRANYA, AHMAD KHOMEINI

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah, Rabb seluruh alam. Semoga Salawat dan Salam tercurah kepada Muhammad dan Keluarga-Sucinya. Dan semoga laknat Allah menimpa musuh-musuh mereka.
Saya bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, Yang Satu, dan tak ada sekutu baginya. Saya bersaksi bahwa Muhammad adalah abdi dan rasul-Nya; dan bahwa ‘Ali, amîr al-mu’minîn, dan anak-keturunanya yang ma’shûm (‘ala yhimus-salam) adalah para penerusnya; dan bahwa apa pun yang dibawa oleh Rasulullah adalah kebenaran; dan bahwa kubur, Kebangkitan, Surga, dan Neraka adalah benar; dan bahwa Allah akan membangkitkan siapa yang ada di dalam kubur.
Inilah wasiat dari seorang ayah yang telah tua, yang telah menyia-nyiakan hidupnya dalam kecongkakan tanpa mempersiapkan bekal bagi kehidupan yang kekal, tak pula mengambil langkah yang tulus di jalan menuju Rabb yang Penyayang. Tak jua ia terbebaskan dari perangkap godaan setan dan keburukan nafsu badani. Begitupun, ia tak berputus asa dari keridhaan dan keagungan Rabb Yang Agung, dan menancapkan harapannya atas ampunan dan berkah-Nya, sebagai satu-satunya bekal perjalanannya. Wasiat ini ditujukan kepada seorang anak-lelaki yang menikmati anugerah kemudaan dan berada dalam posisi yang lebih baik untuk menyucikan dirinya dan mempersembahkan pelayanan kepada para makhluk-Nya. Diharapkan, seperti ayahnya ridha kepadanya, Allah juga akan ridha dengannya dan membantunya untuk mempersembahkan pelayanan kepada orang-orang papa dan tertindas – yang (sesungguhnya) adalah bagian bangsa yang paling mulia – seperti dianjurkan oleh Islam.
Ketergantungan Manusia kepada Allah
Ahmad Khomeini, Anakku! Semoga Allah menganugerahkan hidayah-Nya kepadamu. Entah dunia ini kekal dalam waktu atau tidak, dan entah rantai kemaujudan dan berujung atau tidak, semua kemaujudan itu faqîr (bergantung kepada sesuatu yang lain) karena mereka bukannya ada dengan
sendirinya.Jika kau amati segenap rantai-tak-berujung kemaujudan dengan cahaya akal, kamu akan mendengar jeritan kebutuhan dan kebergantungan (esensial) – untuk adanya mereka maupun penyempurnaan mereka. Mereka mengakui kebergantungan (mereka) kepada Yang Ada Dengan Sendirinya (dan) Yang Kesempurnaan-Nya adalah Milik-Nya Sendiri. Jika dengan suara akal engkau berbicara kepada rantai kemaujudan yang (secara esensial) bergantung itu, dan bertanya kepada mereka :”Wahai kemaujudan yang faqîr, siapakah gerangan yang mampu memuasi kebutuhanmu?” maka mereka seluruhnya akan secara serempak menjerit dengan lisan fitrah mereka, “Kami butuh akan suatu Wujud yang tak bersifat faqîr seperti kami, dalam hal keberadaannya maupun kesempurnaannya.”

Bahkan, lebih dari itu, fitrah mereka pun (sebenarnya) bukan milik mereka: “..Fitrah Allah yang atasnya Dia menciptakan manusia. Tak sekali-kali ada perubahan dalam (alam) ciptaan Allah.” (QS Al-Rûm [30]: Fitrah tauhid adalah dari Allah, dan apa saja yang dalam-dirinya bersifat bergantung (al-faqîr bi al-dzat) tak akan bisa menjadi serba mencukupi-diri (ghani bi al-dhat). Perubahan seperti itu adalah sesuatu yang mustahil. Dan, karena mereka (secara esensial) bergantung dan membutuhkan, tak ada – kecuali Dia Yang Mencukupi-Diri-yang dapat mengatasi kebutuhan dan kepapaan mereka. Karena kepapaan ini bersifat esensial bagi mereka dan tak akan pernah bisa di atasi – entah rantai (kemaujudan) ini memiliki
awal (abadi) dan kekal atau tidak. Dan, tak ada sesuatu pun selain-Nya yang dapat memuasi kebutuhan mereka. (Karenanya) apa pun yang memiliki keindahan dan kesempurnaan, kedua sifat itu bukanlah miliknya, melainkan pengejawantahan Kesempurnaan dan Keindahan-Nya. “… dan kalian tidak melempar ketika kalian melempar, tetapi Allahlah yang melempar…” (QS Al-Anfâl [8]: 17)

Hal ini benar berkenaan dengan semua tindakan, ucapan, dan perbuatan.Seseorang yang menangkap fakta ini dan memahami (secara intuitif) kebenaran ini tak akan terikat dengan siapa pun kecuali Dia dan tak akan meminta apa-apa dari siapa pun kecuali Dia. Cobalah menyelam ke dalam kilatan Ilahi ini dalam kesendirianmu dan bisikkan ke dalam telinga sang bayi yang ada di hatimu. Ulang-ulangilah hingga dia membuka lisannya untuk berbicara serta sinarnya menerangi wilayah jasadi (mulki) dan nirbendawi (malakut) kemaujudanmu. Ikatkan dirimu kepada Yang Mencukupi-Diri Secara Mutlak agar engkau dapat mencampakkan apa-apa yang selain-Nya. Kejarlah kemenangan persatuan (wushul) dengan-Nya agar Ia membebaskanmu dari apa saja termasuk dirimu sendiri, (dan kemudian Ia) menerimamu dalam hadirat-Nya, serta mengizinkanmu untuk masuk (ke dalamnya).

Alam Semesta sebagai Penampakan Allah
Anakku yang kukasihi, Dia, Subhânahu wa Ta’âlâ (Yang Mahasuci dan Tinggi), adalah Yang Pertama dan Terakhir, Yang Lahir (Tampak) dan Batin
(Tersembunyi). (Persis seperti firmanNya):

“Dia Yang Pertama dan Terakhir, Yang Lahir dan Yang Batin.”(QS Al-Hadîd [57]: 3)
(Dalam sebuah doa diungkapkan):
“Adakah mungkin bagi yang selain-Mu memiliki penampakan yang Kau tak miliki sehingga ia dapat menampakkan-Mu.
Kapan kiranya Kau telah tersembunyi sedemikian sehingga Kau mungkin memerlukan sesuatu untuk mengungkapkan-Mu?
Dan kapan Kau pernah menjauh sehingga menjadi mungkin untuk mencapai-Mu lewat jejak-jejak-Mu (yakni, ciptaan-ciptaan-Mu)?
Butalah mata yang tak menampak-Mu sebagai (bersifat) mengawasi-diri.”
(Atau seperti kata Furuqi Busthami)
“Kau tak pernah tak hadir sehingga aku perlu mau bertemu dengan-Mu.
Tak pula Kau tersembunyi sehingga kuharus mencari-Mu.”
Dialah Yang Menampakkan-Diri dan apa saja yang menampakkan-diri adalah penampakan-Nya.
(Sesungguhnya) diri kita sendirilah (yang menjadi) hijab, egoisme, dan ego kitalah yang mengalangi pandangan kita.
(Inilah keluhan Hafiz):
“Kaulah hijab-mu sendiri, wahai Hafiz, singkirkan dirimu.”
Aku memohon pertolongan kepada Allah, Subhânahu wa Ta’âlâ, dan memohon kepada-Nya
dengan sungguh dan penuh seluruh untuk membebaskanku dari penutup-penutup-mataku ini.
(Seperti terungkap dalam sebuah doa yang lain):
“Ilâhî, anugerahilah daku kepasrahan-total kepada Mu,
dan sinari mata-mata-hatiku dengan pancaran penglihatan kepada-Mu,
hingga mata-mata-hati itu mengorak hijab-hijab (yang menutupi) cahaya itu dan mencapai sumber Keagungan-(Mu),
dan (jadikan) ruh ruh kami terpancang dalam ambang Kesucian-Mu.
Ilâhî, jadikan aku termasuk yang menyahut tatkala Kau memanggil mereka,
dan yang ketika Kau menatap mereka, mereka pingsan (akibat terpana) oleh Kedahsyatan-Mu.”

Anakku, kita masih (terjebak) dalam perangkap hijab-hijab (yang menutupi) kegelapan, dan di baliknya adalah hijab-hijab (yang menutupi) cahaya. Dan kita, yang matanya masih tertutup, terperangkap di dinding jurang!
Al-Quran, Rasul, dan Para Imam
Anakku, jika kau bukan seorang pengembara didunia ruhani, setidaknya berupayalah untuk tak menyangkali maqam-maqam keruhanian dan ‘irfani.Karena, salah satu dari tipuan terbesar setan dan diri badani, yang mengalangi manusia dari meraih berbagai maqam kemanusiaan dan keruhanian adalah mendorong-dorong manusia untuk menyangkali atau bahkan melecehkan pelancongan ruhaniah menuju Allah. Hal ini akan menyeret manusia untuk menafikannya. Sebagai akibatnya, matilah (potensi keruhanian kita) sebelum ia sempat tumbuh dan berkembang. Padahal, inilah tujuan semua nabi-besar (salam atas mereka), para wali yang mulia, dan semua kitab samawi, khususnya Al-Quran yang abadi.
al quran 7
Al-Quran, kitab (mengenai) ma’rifat (kepada) Allah dan pelancongan spiritual menuju-Nya, telah jatuh dalam pengabaian dan disalah-tafsiri oleh sahabat-sahabat yang jahil akan arah (yang dituju)-nya. Ia menjadi korban pandangan-pandangan yang menyesatkan dan pendapat-pendapat subjektif -yang sesungguhnya dengan tegas dilarang oleh para Imam (salamun alaihim) – sedemikian rupa sehingga setiap orang menafsirkannya secara semaunya sendiri. Kitab yang agung ini diturunkan dalam suatu lingkungan yang paling gelap dan pada suatu masa yang di dalamnya hidup orang-orang yang paling terbelakang.

(Akan tetapi) Ia diwahyukan pada hati-ilahi milik seseorang yang hidup dalam masyarakat yang sama. Di dalamnya, terdapat kebenaran-kebenaran dan ajaran-ajaran yang tak pernah didapati sebelumnya di dunia pada masa itu, apalagi di lingkungan tempatnya diturunkan. Inilah mukjizat terbesar dan terluhur. Ia mengandung perkara-perkara ‘irfani yang tak pernah didapati dalam karya-karya Plato dan Aristoteles – yang dianggap sebagai filosof-filosof terbesar masa itu .
Bahkan, para filosof Muslim, yang belajar dalam buaian Al-Quran suci dan (merasa) mengambil darinya, cenderung mengabaikan ayat-ayat yang
secara tersurat menegaskan sifat-hidup seluruh kemaujudan di dunia. Dan, para ‘arif besar Islam, yang meneguhkan pernyataan-pernyataan seperti ini, mereka-(lah) yang telah menyerap dari Al-Quran. Tak ada kitab lain yang mengandung jenis perkara-perkara mistikal seperti yang terkandung dalam Al-Quran.

Inilah mukjizat-mukjizat Rasul yang mulia, yang menghubungkan-diri dengan Sumber Wahyu sehingga sumber itu menyampaikan kepadanya rahasia-rahasia kemaujudan. Dia jugalah yang, tegak di puncak kesempurnaan manusia, menampakkan hakikat-hakikat itu dengan terang-benderang tanpa hijab yang mengalangi. Pada saat yang sama, Ia hadir di seluruh dimensi kemanusiaan dan tahap-tahap kemaujudan, dan merupakan pengejawantahan tertinggi dari:
“Dia Yang Pertama dan Terakhir, Yang Lahir dan Yang Batin.”
“Dengan demikian, ia (Rasul) menginginkan semua manusia untuk mencapai kesempurnaan. (Oleh karena itu) sungguh menyakitkan baginya untuk melihat bahwa mereka gagal mencapai kesempurnaan itu. Maka, boleh jadi ayat: Thâ-hâ. Tak Kami turunkan Al Quran kepadamu agar kamu tertekan.” (QS Thâ Hâ [20]:1-2) secara tak langsung merujuk pada kenyataan ini.
Dan boleh jadi, hadis Nabi berikut ini juga merujuk padanya: “Tak ada nabi yang dibuat untuk menderita siksaan (batin) sepertiku”.
Orang-orang yang mencapai maqam seperti itu, atau yang mirip dengannya, tak akan pernah menarik diri dari orang-orang (masyarakat). Malah, sebaliknya, mereka dibebani (tugas) untuk membimbing orang-orang yang tersesat dan mengakrabkan serta menyelaraskan mereka dengan penampakan-penampakan (Allah) itu meski (mungkin) mereka tak berhasil. Orang-orang yang mencapai maqam-maqam tertentu – yang sehirup (minuman dari gelas ‘irfan) telah membuat mereka lupa diri dan pingsan-meski mereka mencapai kesempurnaan-kesempurnaan tertentu, mereka tak dapat menggapai pengetahuan yang paling puncak.
Musa as., jatuh pingsan oleh penglihatan akan penampakan Allah, tetapi kemudian pulih berkat kemurahan hati dan (kemudian) ditugaskan melayani (orang-orang). (Tapi), sang Nabi penutup, dengan mencapai maqam tertinggi (yang biasa dicapai oleh) manusia dan berada di luar khayalan siapa pun, menjadi penampakan asma-asma Ilahi yang Mahabesar dan Mencakup. Lalu, ia ditugaskan membimbing (orang-orang) dengan kata-kata ini, “Wahai orang yang berselimut, bangun dan sampaikan peringatanmu.” (QS Al-Muddatstsir [74]: 1-2)
Anakku yang kukasihi, itu semua aku sampaikan – meski aku bukan apa-apa, bahkan lebih rendah dari itu – agar engkau tak sampai ke mana-mana (dalam perjalanan spiritualmu), setidaknya jangan menyangkali (hakikat) maqam-maqam spiritual dan ajaran-ajaran Ilahi. Cobalah untuk menjadi salah satu di antara orang-orang yang bersahabat dengan orang-orang saleh dan ‘arif- meski kamu bukan salah seorang dari mereka. Dan jangan meninggalkan dunia ini dengan perasaan bermusuhan dengan teman-teman Allah,Ta’âlâ.
Anakku, akrabkan dirimu dengan Al-Quran, kitab agung pengetahuan ini, meski hanya dalam bentuk membacanya (tanpa mempelajarinya). Dengan demikian, engkau telah membangun hubungan dengan Yang Terkasih. Jangan berpikir bahwa membaca saja tanpa pemahaman (ma’rifah) adalah tak ada gunanya. Kesan seperti itu adalah hasutan setan. Bukankah ini adalah kitab yang datang dari Yang Terkasih untuk semua orang, termasuk untukmu Anakku! Surat dari Yang Terkasih amatlah indah meski si pencinta tak tahu maknanya. Dengan hasrat seperti itu, cinta Yang Terkasih, yang adalah kebaikan tertinggi, akan menyapamu dan, siapa tahu, Ia mungkin mengulurkan tangannya. Bahkan, jika kita harus bersujud sepanjang umur kita sebagai tanda terima kasih karena memiliki Al-Quran sebagai kitab suci kita, itu masih tak mencukupi.
Anakku, doa-doa dan wirid-wirid yang telah sampai kepada kita lewat para Imam yang ma’shûm adalah petunjuk-petunjuk bagi (upaya kita untuk)
mengenal-Nya, ‘Azza wa Jalla. Inilah cara yang paling luhur untuk menggapai kehambaan (‘ubudiyah) dan hubungan antara Allah dan ciptaannya. Doa-doa dan wirid-wirid itu mengandung ajaran-ajaran Ilahi dan cara-cara untuk mencapai keintiman dengan-Nya. Malah, semuanya itu merupakan buah-tangan dari rumah-tangga-kenabian (ahl bait al-nubuwwah) dan mencerminkan keadaan (hal-hal) orang-orang yang memiliki (mata)-hati dan para pelancong (di jalan menuju Allah). Jangan sampai hasutan orang-orang yang lalai menjauhkanmu dari mendapatkan manfaat dari semuanya itu dan-kalau engkau memang memiliki kemampuan untuk itu – dari menjadikannya bagian dari hidupmu. Kalaupun kita membaktikan seluruh hidup kita untuk menyampaikan terima kasih kepada para Imam – yakni orang-orang yang jiwanya telah terbebaskan itu – sebagai pembimbing kita, itu semua tak cukup.

Pada tahap ini, berdiri di ambang kematian dan menarik napas terakhir kehidupanku,nasihatku bagimu yang menikmati anugerah kemudaan adalah pilihlah sebagai teman dan sahabat orang-orang yang jiwanya telah terbebas, setia pada Islam, dan cenderung pada keruhanian. Yakni orang-orang yang tak memiliki kecenderungan pada dunia dan kemilaunya, yang tak mengejar harta duniawi melebihi yang biasanya cukup untuk memenuhi kebutuhannya, yang pertemuan-pertemuan dan pesta-pestanya tak terkotori oleh dosa dan (orang-orang) yang memiliki akhlak luhur. Akibat dari pertemanan dan persahabatan adalah, satu di antara dua, baik atau buruk. Berupayalah untuk menjauh dari pertemuan-pertemuan yang bisa membuat seseorang lalai dari Allah. Menjadi akrab dengan pesta-pesta seperti itu akan menyeret seseorang untuk menyia-nyiakan kapasitas (potensi) peluang pertumbuhan ruhaniah -suatu kerusakan yang tak dapat dipulihkan.[]
Sumber Tulisan:
0 Comments
Posted in Arrangement, Art, Business

Surat Imam Khomeini qs. Kepada Gorbachev

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Kepada Yang Mulia Tuan Gorbachev,
Ketua Presidium Uni Soviet

Dengan keinginan demi kebahagiaan dan kesejahteraan Anda dan rakyat Uni Soviet.
Semenjak Anda memegang kekuasaan, timbul kesan bahwa Anda, dalam menganalisa masalah politik dunia, khususnya yang timbul menyangkut Uni Soviet, telah mendapati diri dalam era baru penafsiran kembali, peralihan dan tantangan. Keberanian dan keteguhan Anda menghadapi kenyataan internasional tersebut nampaknya akan membawa perubahan pertimbangan kekuasaan di dunia sehingga saya merasa perlu meminta perhatian Anda pada beberapa hal berikut ini.
Meskipun sikap dan keputusan Anda yang baru itu hanya terbatas pada bagaimana cara mengatasi problema kepartaian selain dilema bangsa Anda, namun keberanian Anda meninjau kembali ideologi yang selama bertahun-tahun telah memenjarakan kaum revolusioner dunia dalam tirai besi, pantas mendapat pujian. Tetapi jika Anda mau berfikir lebih jauh dari itu, masalah pertama yang pasti menolong Anda mencapai keberhasilan adalah meninjau kembali kebijaksanaan-kebijaksanaan pendahulu Anda dalam meneguhkan ateisme dan ketidakberagamaan. Ketahuilah, inilah satu-satunya jalan realistis untuk mengatasi masalah-masalah dunia.
Mungkin saja kebijakan dan praktek-praktek menyimpang para pemimpin komunis terdahulu dalam bidang ekonomi menyebabkan dunia Barat menjadi tampak menarik, padahal tidak demikian. Jika Anda ingin mengakhiri luka ekonomi sosialisme-komunisme Barat. Bukan saja Anda tidak mampu menyembuhkan penderitaan masyarakat Soviet, tapi juga akan mengundang orang lain mengatasi kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan. Karena jika Marxisme telah mengalami jalan buntu dalam aspek ekonomi dan sosialnya, maka Barat pun mengalami problema yang sama, tentu dengan cara yang berbeda.
Yang Mulia Tuan Gorbachev, seharusnya kita menyerahkan diri kepada kebenaran. Masalah utama negara Anda tidaklah bersumber dari kepemilikan atau ekonomi atau kebebasan; namun masalah Anda yang sebenarnya berasal dari tiadanya keimanan yang hakiki kepada Tuhan, masalah sama yang juga menyeret Barat kepada kehancuran dan jalan buntu. Problema Anda berasal dari perang yang berkepanjangan dan sia-sia terhadap Tuhan, sumber hakiki makhluk dan alam semesta.
Yang Mulia Gorbachev, sangatlah jelas bagi semua orang bahwa mulai sekarang dan seterusnya, kehendaknya orang mencari komunisme dalam museum sejarah politik dunia, karena Marxisme tidak mampu memenuhi kebutuhan hakiki manusia. Marxisme adalah aliran materialistis, dan hanya dengan materialisme, seseorang tidak akan mampu menyelamatkan manusia dari kriris ketiadaan kepercayaan dalam spiritualitas. Yang merupakan penderitaan terparah menimpa masyarakat manusia di Timur dan Barat.
Yang Mulia Tuan Gorbachev, boleh jadi dalam beberapa aspek, Anda tidaklah berpaling dari Marxisme dan bahkan di masa depan Anda mungkin saja menyuarakan keyakinan teguh terhadap Marxisme dalam wawancara-wawancara di depan umum; bagaimanapun, Anda sendiri tahu betul bahwa yang benar bukan itu.
Pemimpin Cina memberikan pukulan pertama kepada komunisme dan Anda memberikan pukulan kedua yang nampaknya merupakan pukulan terakhir. Dewasa ini tidak ada lagi yang bernama komunisme di dunia ini.
Namun, secara tulus saya mengharapkan kiranya Anda untuk tidak terperangkap dalam penjara Barat dan Setan Besar ketika Anda mendobrak tirai-tirai besi idealisme Marxis. Saya harapkan Anda memperoleh kehormatan, menghapus sisa-sisa terakhir dari tujuh puluh tahun penyelewengan komunisme dunia dari lembaran sejarah dan tanah air Anda.
Dewasa ini, bahkan negara-negara yang biasanya dianggap sekutu Anda, yang sangat berhasrat untuk melindungi kepentingan rakyat dan negerinya, tidak lagi mampu meyakinkan diri mereka untuk menggunakan kekayaan nasionalnya. Baik yang di atas maupun yang di bawah tanah, untuk membuktikan kebenaran komunisme, yang gemeretak keruntuhannya telah terdengar oleh para penganutnya.
Yang Mulia Tuan Gorbachev, ketika seruan “Allah Maha Besar” dan pernyataan kesaksian akan kerasulan Nabi terakhir SAW, terdengar kembali setelah tujuh puluh tahun dari menara-menara mesjid pada sebagian Republik Soviet, bergetarlah hati seluruh pengikut sejati Islam yang dibawa Muhammad SAW. Karena itu, saya merasa perlu menyebutkan hal ini kepada Anda agar Anda sekali lagi mempertimbangkan pandangan dunia materialis maupun ilahi.
Kaum materialis menganggap indera sebagai kriteria pengenalan mereka dan segala sesuatu yang berada di luar jangkauan indera tidaklah termasuk dalam wilayah pengetahuan. Mereka berpendapat, keberadaan (eksistensi) sama dengan wujud material, karenanya segala sesuatu yang bukan materi dianggap tidak berada. Dengan demikian, mereka memandang alam gaib, seperti eksistensi Allah yang Maha Kuasa, wahyu Ilahi, Misi Kenabian dan Hari Kebangkitan sebagai dongeng semata-mata.
Dasar pengetahuan dalam pandangan dunia Ilahi terdiri dari “indera” dan “akal”, dan segala sesuatu yang “rasional” termasuk dalam wilayah pengetahuan, walaupun tidak terjangkau indera. Karena itu yang terlihat dan tak terlihat dapat berada. Sebagaimana pengetahuan tentang hal-hal-material bergantung pada nonmaterial, pengetahuan empiris bersandar pada pengetahuan rasional.
Al-Quran al-Karim mengkritik dasar-dasar pandangan dunia kaum materialis dan argumen yang menganggap Tuhan itu tidak ada, dengan asumsi bahwa sekiranya Tuhan ada, tentu bisa dilihat; atau orang-orang yang berkata:
Kami tidak akan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah dengan nyata.” (QS, al-Baqarah, 2:55)
Al-Quran menolak mereka dengan mengatakan:
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-An’aam, 6: 103)
Kita juga dapat membuktikan hal-hal Wahyu Ilahi, Misi Kenabian dan Hari Akhirat tanpa menggunakan argumen-argumen yang diajukan oleh Al-Quran Suci yang dalam pandangan Anda merupakan perkara yang masih diperdebatkan. Pada prinsipnya, saya cenderung untuk tidak melibatkan Anda dalam kepelikan-kepelikan para filosof khususnya para filosof Islam. Saya cukupkan dengan dua contoh sederhana, mudah dipahami secara fitri serta bermanfaat bagi para politisi sekalipun.
Jelaslah bahwa materi dan jasa, apapun adanya, tidaklah sadar akan dirinya. Telah merupakan ciri khas benda fisik bahwa ia tak sadar dan tak mengetahui apa-apa, padahal kita lihat dengan jelas bahwa dan manusia dan makhluk hidup menyadari lingkungannya. Mereka mengetahui di mana mereka berada dan merasakan apa yang terjadi di sekeliling mereka. Jadi, manusia dan makhluk hidup memiliki sesuatu yang melampaui benda dan berbeda dari benda, yang tak bersama kematian.
Diketahui pula bahwa menurut fitrahnya manusia cenderung kepada kesempurnaan tanpa batas. Dan Anda sangat mengetahui bahwa manusia pencari kekuasaan berhasrat menjadi mahakuasa di dunia. Dari itu ia tidak tertarik kepada suatu kekuasaan yang tak sempurna. Sekalipun, misalnya ia menguasai alam semesta dan dikatakan kepadanya bahwa ada suatu dunia lain maka secara alami ia akan berhasrat untuk menguasai dunia lain itu pula.
Manusia penuntut ilmu, betapa pun terpelajarnya, jika ia mendengar ada ilmu lain, secara alami akan ingin mendapatkan ilmu itu pula. Maka tentulah ada kekuasaan yang mutlak dan pengetahuan mutlak sebagai sifat-sifat suatu wujud yang merupakan objek cinta dan pencarian manusia. Itulah Tuhan yang Mahakuasa yang kepada-Nya kita semua berusaha menuju, sekalipun kita tidak menyadarinya. Manusia pada galibnya berhasrat untuk mencapai Yang Mutlak dan larut di dalam-Nya. Pada prinsipnya, gairah besar akan kehidupan yang kekal, yang merupakan fitrah semua orang, adalah petunjuk akan kehidupan yang kekal dan kekekalan terhadap maut.
Jika Anda bermaksud melakukan penyelidikan tentang masalah-masalah tersebut, Anda dapat memerintahkan para ahli untuk mengkaji, selain buku-buku para filosof Barat, karangan-karangan al-Farabi dan Ibu Sina (semoga Allah melimpahkan kedamaian atas mereka) dalam filsafat peripatetik (masysy’iyyin), karena pengkajian tersebut akan membuktikan bahwa hukum sebab-akibat yang ada padanya segala pengetahuan berpijak didasarkan pada pengetahuan rasional dan bukan pengalaman inderawi serta pemahaman universal maupun hukum-hukum umum yang ada padanya bersandar setiap argumentasi, juga bersifat rasional yang tidak inderawi.
Sekaitan dengan ini, mereka dapat menelaah karya-karya Suhrawardi dalam filsafat Iluminasi (Isyraqi). Secara ahli dia menjelaskan kenyataan bahwa setiap benda dan objek material membutuhkan “cahaya” murni yang sepenuhnya tak dapat diindera, dan bahwa konsepsi intuitif manusia tentang hakikat manusia juga sama sekali jauh melampaui dari persepsi inderawi. Anda juga dapat meminta para ahli untuk menelaah karya terkenal Sadra al-Muta’aliyyin (semoga Allah melimpahkan rahmat baginya dan membangkitkannya bersama para nabi dan orang-orang yang saleh) dalam filsafat Transendental (al-Hikmah al-Muta’aliyah) sehingga akan jelas bagi Anda bahwa realitas pengetahuan sesungguhnya adalah entitas yang terpisah dari materi, karena itu ia juga tidak diatasi hukum-hukum materi.
Saya tidak ingin menjemukan Anda lebih jauh dengan detail-detail, karena itu saya tidak sebutkan judul dari kitab-kitab para pemikir besar lainnya, khususnya Muhyiddin ib Arabi. Jika Anda ingin mendalami seluk-beluk pemikiran sarjana besar ini, silahkan kirim beberapa ahli pikir Soviet yang berkualitas tinggi dan dipersiapkan dengan baik dalam bidang ini ke Qum, supaya beberapa tahun, dengan karunia Allah, mereka akan memperoleh pengetahuan tentang hal-hal subtil tersebut dan tanpa perjalanan ini kesadaran yang demikian takkan menjadi kenyataan.
Yang Mulia Tuan Gorbachev, sekarang, setelah menyebut hal-hal pokok di atas dan mukaddimah dalam masalah ini, saya menyeru kepada Anda untuk secara serius mengkaji Islam, bukan karena Islam dan kaum Muslimin membutuhkan pengkajian Anda, tetapi karena nilai-nilai Islam yang tinggi dan universal yang dapat memberikan keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh bangsa dan memecahkan problem-problem mendasar yang menghadang manusia. Suatu penyelidikan yang mendalam tentang Islam akan membebaskan Anda selamanya dari masalah Afghanistan dan masalah sejenis lainnya. Kami senantiasa memperlakukan kaum muslimin di seluruh dunia sebagai kaum muslimin Iran, lebih jauh lagi kami merasa senasib. Dengan memberi kesempatan beribadah yang relatif bebas, secara praktis Anda membuktikan bahwa Anda tidak lagi berfikir bahwa agama itu candu masyarakat. Jika begitu, apakah agama yang telah menjadikan Iran seteguh gunung dalam berhadapan dengan adikuasa adalah candu rakyat?
Apakah agama, yang menghendaki terlaksanakannya keadilan di muka bumi dan kebebasan manusia dari segala belenggu materi dan ruhani adalah candu masyarakat?
Memang ada agama yang menjadi alat untuk menyerahkan kekayaan material dan spiritual negara-negara Islam dan non-Islam ke tangan para adikuasa dan kekuasaan lainnnya dan menyeru rakyat penganutnya untuk menghindari politik, itulah yang oleh orang Iran disebut agama sponsoran Amerika.
Akhirnya, saya nyatakan dengan terus terang, bahwa Republik Islam Iran sebagai tonggak terbesar dan terkuat dunia Islam mampu mengisi kekosongan iman yang menimpa sistem Anda. Bagaimanapun, sebagaimana di masa lampau, Iran meyakini dan menghormati hubungan-hubungan bilateral dan bertetangga baik.
Wassalamu’ala man ittaba’ al-huda.
Salam Sejahtera atas mereka yang mencari kebenaran.
Ruhullah al-Musawi al-Khomeini

    Blogger news

    Blogroll

    About