Tanpa banyak woro-woro di media, Syekh Al Azhar datang ke Indonesia. Al Azhar adalah salah satu institusi pendidikan tertua dan sangat berpengaruh dalam perkembangan pemikiran dunia Islam. Menjadi pemimpin institusi itu tentu saja tak seperti menjadi ketua Aliansi-aliansi abal abal yang ada di Indonesia. Maka kedatangan Syek Al Azhar Dr. Muhammad Thayeb ke Indonesia adalah satu hal yang menarik.
Hal
menarik lainnya adalah tema yang diusungnya. Saat berbicara MUI Syekh
Al Azhar mengatakan bahwa Sunni dan Syiah adalah bersaudara. Keduanya
adalah sayap kemuliaan Islam. Waduuh, materi seperti itu disampaikan di
MUI itu sesuatu banget. Tahukan di MUI banyak sekali orang yang anti
Syiah dan rajin sekali membuat propaganda “Syi’ah Bukan Islam”.
Mengapa
Syekh Al Azhar datang ke Indonesia dan langsung menyasar tema Sunni dan
Syiah? Beliau mengerti betul bahwa sekarang isu itu dipakai untuk
mengoyak islam itu sendiri. kasus Syiria, Yaman dan Irak adalah contoh
yang sangat nyata. Isu ini juga sukses membuat umat melupakan kasus
Palestina. Tentu saja dengan jumlah pemeluk Islam yang sangat besar di
Indonesia, Syekh Al Azhar tak ingin kasus Syiria, Yaman dan Irak terjadi
di Indonesia. Dari sini sangat jelas sekali gerombolan seperti ANNAS
itu sedang melakukan apa.
("ada yang gembira dengan permusuhan Sunni dan Syiah)[/caption]
Kata
syekh azhar "Dan ingat, perselisihan antara keduanya, Suni-Syiah inilah
yang diembuskan oleh musuh Islam untuk memorak-porandakan umat, seperti
saat ini yang terjadi di Suriah tak ada justifikasi meletusnya konflik
tersebut, kecuali membenturkan Suni-Syiah, lihat pula Irak yang kacau
balau atas dasar konflik sektarian".
Masih
kata Syekh Al Azhar, “Sesunguhnya, sebagian perbedaan kita dengan
saudara Syiah kita, adalah perbedaan nonprinsipil (furu’), kecuali dalam
soal imamah. Syiah percaya imam sebagai bagian pokok agama, sedangkan
kita, Suni soal itu termasuk nonprinsipil. Isu imamah juga tak membuat
Syiah serta-merta keluar Islam”.
Tinggallah
“kelompok pemegang kunci surga” yang kemudian kebakaran bulu dengkul.
Propaganda mereka “Syiah Bukan Islam” menjadi mandul karena kedatangan
seorang Syekh Al Azhar. Apa yang mereka bisa lakukan? jalan yang paling
mudah adalah menafsirkan apa yang diucapkkan Syekh Al Azhar sesuai
dengan hasrat mereka yaitu, Syiah sesat walau bagaimanapun! Aneh betul,
ketika seorang Syekh Azhar mengajak pada persatuan, lha ini kok masih
sibuk mengoyak kain ukhuwah.
Lalu apakah propaganda para pemegang kunci syurga itu akan berhenti?
[caption caption="Sebuah foto dari Suaranews.com"][/caption]
Harapan
saya sebetulnya mereka berhenti dan kemudian membina ukhuwah Islamiyah,
namun fakta yang saya lihat menjelaskan lain. Urusan “Syi’ah bukan
Islam” bukan urusan akidah, namun urusan periuk nasi. Periuk itu tidak
akan terisi kalau mereka berhenti berorasi. Ada banyak orang yang
mengais nafkah dari proyek kebencian ini.
Sebulan
yang lalu seorang gubernur dari partai you know why diketahui
menggunakan isyu sunni dan Syi’ah untuk mencari dana. Dia juga
mengeluarkan statemen bodoh yang menyebutkan bahwa perseteruan sunni dan
syiah adalah sunnatullah. Tak lama setelah video gubernur yang paling
barokah itu tersebar, di Gedung Hate (anda tak salah baca, Gedung Sate
sudah berubah jadi Gedung Hate) Bandung digelar acara yang digagas oleh
gerombolan Annas. Undangan pink bernuansa valentine day itu menampilkan
Sang Gubernur dan gembong Gerombolan ANNAS, Athian Ali Dai. Temanya tak
kalah mengerikan yaitu “membebaskan Jawa Barat dari tirani kesesatan”.
(Lihat : Karena Sunni lemah, Syiah jadi Kuat, Benarkah?)
Aliran
dana dari Saudi ke Athian memang cukup kencang berhembus. Beberapa
bulan lalu, ada kicauan menarik dari Akhmad Shahal, Pengurus Cabang
Istimewa Nahdlatul Ulama Amerika Serikat. “Ketua MUI Pusat bilang ke
saya, ANNAS adalah proyek Saudi untuk bawa perang konyolnya dengan Iran
ke Indonesia,”.
[caption caption="digaji 2 juta untuk fitnah Syiah"][/caption]
Jauh sebelum gubernur paling barokah di Indonesia itu mengemis dana di Saudi dan Juga proyek ANNAS, seorang aktifis anti Syi’ah mengakui dengan riang gembira bahwa dia digaji 2juta agar memprovokasi issu Syi’ah sesat. Dia bilang bahwa gaji itu lebih kecil dibandingkan kiprahnya menyebarkan fitnah terhadap Syi’ah. (lihat : Provokatif terhadap Syiah karena digaji 2 Juta)
Jauh sebelum gubernur paling barokah di Indonesia itu mengemis dana di Saudi dan Juga proyek ANNAS, seorang aktifis anti Syi’ah mengakui dengan riang gembira bahwa dia digaji 2juta agar memprovokasi issu Syi’ah sesat. Dia bilang bahwa gaji itu lebih kecil dibandingkan kiprahnya menyebarkan fitnah terhadap Syi’ah. (lihat : Provokatif terhadap Syiah karena digaji 2 Juta)
Ketika
proyek kebencian ini tidak akan berhenti dengan kedatangan Syekh Al
Azhar, maka yang bisa kita lakukan adalah mengeliminasi gerakan-gerakan
takfirisme anti ukhuwah Islamiyah. Ada tiga hal yang bisa kita lakukan.
Pertama, kembangkan sikap berbaik sangka dan persempit buruk sangka.
Kalau ada yang menyebarkan keburukan kelompok lain segeralah tabayun.
Kedua, tingkatkan pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan akan semakin
luas pandangannya. Ketiga, Tak perlu memonopoli kebenaran. Setiap
madzhab bisa punya sudut pandang yang berbeda dengan yang kita miliki.
Jika kita meminta pendapat kita dihargai, tentu saja orang lain ingin
pendapatnya juga dihargai.
[caption caption="Proyek Kebencian, untuk kepentingan siapa?"][/caption]
Dalam hal ini, saya sadar betul dengan adanya pola hubungan sunni dan syiah yang begitu, namun saya tak ingin terjebak di dalamnya. saya tak ingin mewariskan kebencian kepada sesama muslimin, saya ingin kaum muslimin bersatu padu dan menunjukan keagungan islam. peluang dan faktanya ada serta terjadi.
Dalam hal ini, saya sadar betul dengan adanya pola hubungan sunni dan syiah yang begitu, namun saya tak ingin terjebak di dalamnya. saya tak ingin mewariskan kebencian kepada sesama muslimin, saya ingin kaum muslimin bersatu padu dan menunjukan keagungan islam. peluang dan faktanya ada serta terjadi.
Di
sisi lain pemerintahpun perlu bergerak cepat jangan sampai kelompok ini
dengan bebas menyebarkan konflik sektarian dan mengubah Indonesia
seperti di Syiria, Yaman dan Irak. Saya sangat setuju dengan menyebarkan
Islam yang rahmatan lil ‘alamin seperti ajakan Syekh Al Azhar, dan
bukankah Islam yang rahmatan lil’alamin itu adalah ajaran Nabi Muhammad?