menurut saya sih, kalimat seperti itu tidak bisa menjadi pembenaran atas kesalahan yang dilakukan orang. apalagi penggede, pejabat atau para pemegang kekuasaan. yang bila mereka melakukan penyelewengan atas jabatannya maka akibatnya sangat fatal.
kalau kalimat ini dijadikan acuan, akibatnya tidak akan ada yang salah. lha wong dia manusia, dan manusia pasti melakukan kesalahan. tidak ada yang benar-benar suci, sekalipun namanya Suciwati, Suci Hatinya, Jalan Suci etc. yang salah harus dikatakan salah dan yang benar dikatakan benar.
sisi positif jelas ada. lha wong minuman keras aja ada sisi positifnya. apalagi jabatan.
nah yang paling seru adalah bagaimana menempatkan sisi positif dan negatif itu pada tempat yang pas. sebab kalau ndak pas, pasti juga ada sisi positif dan negatifnya.
Jadi harus seperti apa menerapkannya pada posisi yang pas?
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu