Hari semakin sore dan awan kelabu
makin menebal di atas langit Situ Cileunca. Perjalanan kami lanjutkan menuju
Talegong, rumah Taufik tempat menginap malam ini. Namun Taufik merekomendasikan
sebuah tempat yang namanya agak angker, VILLA BERDARAH.
Entah mengapa disebut seperti itu
dan lagi, setelah saya searching mbah Google, nama seperti itu tak dikenal walau
saya mencarinya dengan susah payah. Berbagai nama dan formula mencari villa itu
saya kerahkan hingga akhirnya ketemulah nama villa itu.
Berkaitan penamaan Villa Berdarah
dari penduduk, menurut Taufik memang ada kejadian angkernya. Konon zaman dulu ada
kasus pembunuhan yang sadis di villa yang tidak pernah terungkap. Hingga kini
korban sering gentayangan dan menampakan diri di rumah itu. Ok lah. Apapun ceritanya saya mesti mampir ke
tempat itu. Lagian villa itu memang terletak di pinggir jalan raya, sehingga
bisa dilihat dengan mudah.
Dari Situ Cileunca saya
mengarahkan motor ke Talegong. Jalan sudah sangat bagus namun yang perlu
diwaspadai adalah longsor dan sedikitnya lampu penerangan. Jika turun hujan dan
kabut perjalanan ke Talegong lewat perkebunan teh cukul sangat memerlukan
kewaspadaan tinggi.
Kabut sudah mulai turun dan cuaca
semakin dingin dan Tak jauh dari Situ Cileunca kami berhenti dahulu untuk makan
bakso. Semangkok cukuplah untuk mengisi dan menghangatkan perut. Perkebunan Teh
yang indah tak bisa dilewatkan untuk berfoto.
Kabut semakin menebal dan
perjalanan kami seperti berjalan di negeri kabut. Saking tebalnya kabut dan
embun, setiap kami lewat di bawah pohon, rintik air menyerbu kami persis
seperti hujan deras. Motor pelan saya jalankan. Taufik sekali-kali mengingatkan
kalau ada tikungan tajam. Jangankan malam dengan kabut setebal itu, siangpun
perlu berhati-hati berkendaraan.
Di tengah kabut tebal kami
berhenti di sebuah gerbang rumah. Kata Taufik, kami sudah sampai di VillaMerah Cukul.
Gerbang dikunci namun pagar di pinggir rumah bisa dipanjat. Kami coba untuk
mengetuk pagar dan memanggil penjaga namun taka da satupun yang datang. Hanya terlihat
remang-remang lampu di tengah kabut pekat dan hujan rintik-rintik malam itu.
Karena tak ada yang bisa kami
lihat, malam itu melanjutkan perjalanan ke Talegong. Sekitar 30 menit kami
mengarungi kabut dan kegelapan hingga sampai di rumah Taufik di Talegong.
Kebetulan ada hawu (perapian tempat memasak), saya dan fahmi segera memburunya
untuk menghangatkan dan mengeringkan badan.
Yang menarik, ternyata jam tidur
orang di Talegong itu sangat cepat. Jam 8 malam, setelah shalat isya dan makan
malam, mereka segera tidur. Kampung akan sangat sepi dengan cepat. Jam 3 subuh
mereka sudah pada bangun. Ada yang shalat dulu atau melakukan persiapan ke
kota. Sementara saya yang terbiasa tidur di atas jam 10-an agak kesulitan tidur
malam itu.
Setelah susah payah bangun subuh,
kami segera bersiap untuk mendatangi Villa Merah Cukul itu. Penasaran ingin
melihat bentuknya. Pagi-pagi sekali, sebelum mandi kami segera naik motor lagi.
Ternyata dingin sekali pagi itu. Ternyata dari Talegong ke perkebunan Teh Cukul
itu sangat indah. Hamparan perkebunan teh, jalan meliuk-liuk dan bentang alam
yang keren bisa dilihat dengan indahnya.
Jangan terlena oleh keindahan
alamnya ya. Bagi pengendara tetap harus waspada mengendalikan kendarannya.
Kalau tidak waspada bisa-bisa jatuh ke jurang yang tingginya bisa sampai 200
meter.
45 menit kemudian sampailah kami
ke Villa Merah Cukul. Villa itu memang keren. Berada di ketinggian sebuah bukit
kecil, dengan sebuah danau kecil mengitarinya. Hamparan perkebunan the Di seberangnya
menambah keindahan Villa di ketinggian 1600 dpl itu. Saya betul-betul
mengaguminya.
Villa itu sebetulnya lebih
dikenal dengan Villa Cukul saja atau rumah Jerman. Bentuk rumah khas perkebunan
di Jerman membuat rumah itu dikenal dengan namanya. Rumah ini telah dipugar
setelah mengalami kerusakan berat akibat gempa tahun 2009 lalu. Sekarang rumah
itu dimiliki oleh perusahan teh Sosro. Setelah puas menikmati Rumah Jerman ini
kami pulang ke Talegong dan melupakan kisah angker Villa Merahnya.
Bisa ceritakan lebih detail asal usul villa tsb? apakah di bangun oleh org asing di jaman dulu?
BalasHapusBisa ceritakan lebih detail asal usul villa tsb? apakah di bangun oleh org asing di jaman dulu?
BalasHapusSaya sudah pernah ke vila ini , konon ini punya keluarga boscha ? Betulkah ? Izin untuk masuk nya pun skg susah bgt . Dan dilarang berselfie ria disana. Entah kenapa
BalasHapuscerita di bandung selatan yang penuh misteri
BalasHapusHow to register, deposit, withdrawal & more - DrmCD
BalasHapusWhat ê±°ì œ 출장안마 to get started, what games, payment methods and banking ë³´ë ¹ 출장샵 methods. ê¹€ì œ 출장샵 For deposits, 광주 출장샵 you have to choose the best and fastest way to 광주 출장마사지 start.