Setelah
mendapat undangan lokakarnya dari Badan Vulkanologi Bandung, maka pada tanggal
2 September 2013 pagi, saya dapat menjejakan kaki lagi di Gerbang Tangkuban
Parahu. Hari masihlah cukup pagi, masih cukup dingin untuk melepaskan Jaket
yang masih setia membekap badan ini. Sinar matahari pagi menerobos dedaunan di
Area loket seakan mencoba mengusik ketentraman pagi itu.
Sampai
di tempat parkir bis, memang belum ramai wisatawan mengunjungi kawasan wisata
favorit ini. setelah berganti kendaraan dari bis ke moda transportasi yang
disebut wara wiri, sejenis kendaraan kecil khusus untuk sampai ke puncak
gunung.Kendaraan ini lah yang diperbolehkan untuk pulang pergi ke puncak. Bis
hanya boleh sampai tempat parkir sementara mobil pribadi boleh sampai ke
puncak.
DI
sisi kiri dan kanan menuju puncak saya disuguhi hijauan pohon ditangkupi lumut
dan paku-pakuan. tak jarang bau belerang ikut menyengat penciuman. oleh
karenanya disarankan untuk memakai masker.
Pagi
itu, setelah diantar mobil wara-wiri sampailah di Puncak nan cantik Tangkuban
Parahu. Langit biru cerah. Udara sedang bersih. cocok untuk mengabadikan
beberapa kerabat dari Sang Tangkuban Parahu.
Salah
satu keunikan Gunung Tangkuban Parahu adalah adanya fasilitas kendaraan umum
yang bisa sampai ke puncak. Tak banyak gunung berapi memiliki keunikan seperti
itu. Oleh karena keunikan dan kecantikan Tangkuban Parahu, beberapa ilmuwan
asing jatuh jati padanya. Bahkan ingin dikubur didekatnya. Sebut saja
Junghuhn seorang seniman, peneliti, botanis, dokter, fotografer, pelukis
dan petualang ingin sekali dikubur sambil menghadap ke Tangkuban Parahu. Prof. T.H. Klompe (kajur I Geolog-Tambang ITB) dan Prof. George Andrian de Neve malah ingin dikremasi dan
abunya ditebarkan di kawah Tangkuban Parahu. Abu Klompe dan De Neve ini akhirnya
dikuburkan di Kawah Ratu.
Gunung
cantik ini juga unik dilihat dari bentuknya. Jika dilihat dari kota Bandung,
maka akan terlihat seperti perahu yang terbalik. Bagi masyarakat Sunda, gunung
ini ada kaitannya dengan legenda Sang Kuriang dan Dayang Sumbi. Menurut para
ahli, bentuk yang terlihat sekarang diciptakan oleh beberapa kali letusan
sangat dahsyat yang memapas bagian puncaknya.
Letusan
yang berkali-kali itu kemudian menciptakan kawah-kawah baru hingga hari ini.
Kawah yang terkenal tentunya adalah Kawah Ratu, Kawah Upas dan Kawah Domas. Di
Kawah Domas, pengunjung dapat merebus telur dari air panas yang muncul dari
perut bumi. selain itu juga lumpur belerangnya dipercaya dapat menyembuhkan
penyakit. Selain itu masih ada beberapa kawah seperti Kawah Dedemit. dinamakan
seperti itu karena seringkali ada pengunjung yang tiba-tiba pingsan dan bahkan
mati ketika berkunjung ke Kawah Dedemit ini. Karena tidak kelihatan apa dan
siapa penyebabnya, maka dikaitkanlah dengan keberadaan dedemit di kawah itu
yang tak mau diganggu. Padahal menurut pakarnya, keadaan pingsan atau kematian
itu disebabkan oleh uap beracun yang bisa muncul tiba-tiba dan tidak bisa
dideteksi yang kemudian terhirup oleh manusia sehingga menyebabkan kematian.
Nah,
Itulah, di balik kecantikan Tangkuban Parahu ini sebetulnya ada potensi bencana
yang harus dicermati. Gunung ini masih merupakan gunung berapi aktif yang kapan
saja bisa meletus. Demikian juga sebaran uap beracunnya yang susah untuk
dideteksi oleh manusia. untuk mengantisipasi hal yang tak diinginkan, maka
Gunung ini dipantai setiap waktu. setiap pergerakannya selalu dicatat dan
diteliti oleh para kuncen yang setia menungguinya.
Bagi
anda yang ke Bandung, silahkan kunjungi Gunung berapi ini dan tetap
berhati-hatilah. Ikuti petunjuk pengamanan yang tepasang di sekitar kawah dan
nikmati keindahan panorama Gunung Tangkuban Parahu
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu