10 Agustus 2014

Tersihir Oleh Keindahan Bromo (Bromo I)

Raja Ampat? waaah... itu impian saya dan juga kebanyakan orang. Ketika Wisdy putra salah satu saudaraku posting di FB tentang Raja Ampat, saya memberi komentar, "ajak-ajak dooong". Beberapa hari setelah komentar itu, Kang Haji Iwan menelpon saya. Beliau bertanya apa memang saya serius mau ke Raja Ampat. Saya menjawab sangat serius. Sejak itu perjalananan kemudian diatur dan disepakati tanggal 4 Agustus akan ke tempat itu.

Ternyata takdir belum menyatukan kita, ceile... Tanggal 4 itu tiba-tiba saja di Raja ampat akan ada rombongan Presiden  untuk melaksanakan Sail Raja Ampat sehingga semua hotel diblokir untuk umum. karenanya jadwal mesti diatur lagi.

Karena tidak memungkinkan pengaturan jadwal, maka Kang Haji Iwan yang juga Direktur LIA Buah Batu, Metro dan Ujung Berung, menawarkan destinasi lain yaitu Bromo. Ah, saya juga tak bisa menolak ajakan itu. sudah sering saya baca keindahan Bromo dengan berbagai tempat indah lainya. Akhirnya tanggal 4 Agustus kami berangkat ke Bromo.

Tanggal 4 pagi hari, saya sudah menuju Stasiun kereta api Bandung. Kereta berangkat pukul 8. Kang Iwan dan keluarga sudah menunggu di sana. Jam 8 pas, kereta belum berangkat. telat hampir 15 menitan.

setelah kereta Argo Wilis berjalan, Kami membuka rencana perjalanan. Karena kereta tiba di Surabaya jam 9 malam, dan perjalanan menuju Bromo memakan waktu 2-3 jam. Artinya jam 12-an kami baru tiba di kawasan Bromo. Jam 2 dini hari kami harus berkemas lagi menuju Bromo. Akhirnya diputuskan,  menginap di hotel dekat Bromo akhirnya diurungkan. Tanggung ya, tidur di hotel hanya satu atau dua jam saja.

Kami beristirahat di salah satu rest area tak lama setelah keluar dari wilayah kota Surabaya. Setelah makan dan membereskan peralatan perjalanan dilanjutkan lagi. tak ada yang bisa dilihat malam itu. Pak Pardi yang bercerita tentang lumpur Lapindo dan berbagai cerita lainnya tak begitu terdengar, karena telinga sudah tidak bisa sepakat denga mata.

Jam 2 dini hari kami sudah tiba di Kampung Sukapura dan menunggu mobil yang akan membawa ke Penanjakan Bromo. Sambil bersiap dan menambah pakaian (di atas sana memang sangat dingin), kami ngobrol ngalor ngidul dengan Pak Pardi.

Kendaraan yang dipakai untuk sampai ke Penanjakan adalah mobil Toyota Hardtop 4 WD. menurut Pak Pardi hanya kendaraan jenis itu yang bisa menaklukan medan seperti di Gunung Bromo ini. Menurut Mas Nur, supir yang mengantar di area Bromo, jumlah mobil hardtop itu hampir 1000 unit.

Jam hampir menunjukan 3 dini hari, kami meneruskan perjalanan beriringan dengan mobil hardtop lainnya. Karena masih ngantuk maka kebanyakan kami tidur terantuk antuk digoyang-goyang oleh kendaraan. Di luar masih sangat gelap dan dingin sudah mulai menusuk-nusuk. Maklum saja kawasan ini berada pada ketinggian 2.392 dpl.

Gunung Bromo yang di apit oleh empat kabupaten bagian dari pemerintahan Pripinsi Jawa Timur yakni Kabupaten Malang, Probolinggo, Pasuruan, dan Lumajang, merupakan bagian dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Gunung ini Terkenal dengan kaldera atau lautan pasir, kawah yang eksotis, savana serta pemandangan matahari terbit yang sangat indah. Jangan lupa penduduknya sendiri merupakan keunikan tersendiri.

Untuk bisa masuk ke area kawasan wisata Bromo, kita bisa masuk melalui empat pintu masuk yaitu  Desa Cemorolawang (Probolinggo), Desa Wonokitri (Pasuruan), Desa Ngadas Tumpang ( Malang) dan Desa Burno (Lumajang).

Sebagai tujuan wisata favorit, Kawasan Wisata Gunung Bromo sudah di dukung dengan sarana dan prasarana yang memadai, misal penginapan, hotel, homestay serta transportasi yang mudah di temukan untuk mengunjungi Gunung Bromo. Jadi bagi wisatawan tak perlu khawatir tentang hal itu.

Tujuan pertama yang betul betul menjadi kejaran orang adalah menikmati matahari terbit di ketinggian 2000 dpl itu. Selain yang memakai jeep, adapula yang menggunakan motor atau bahkan mendaki dengan berjalan kaki, dan tentu saja medannya pun tidak mudah.

Sesampainya di puncak penanjakan rasa lelah dan mengantuk pun jadi hilang. Kami bersiap untuk shalat shubuh. Saat mengambil air wudhu, tak tahan berlama-lama menyentuh air yang dinginnya menyengat dan menggigit tulang. Baru setelahnya kami berjalan menuju view point. Ternyat di atas sudah berjubel orang menanti matahari terbit itu. tempat-tempat strategis untuk foto sudah ditempati orang. Dalam kondisi seperti itu harus pandai bersabar dan menunggu giliran.

Ketika matahari mulai menampakkan sinarnya dari ufuk timur. sedikit demi sedikit, kegelapan mulai menghilang. suara berdecak kagum terdengar di sana sini. Indah. Memang indah.

Sinar kuning, oranye merah dan langit yang bergradasi warna dari kelabu menjadi oranye biru yang menimpa hamparan lautan pasir luas dan pemandangan latar belakang yang indah yaitu gunung Semeru, gunung Bromo dan Gunung Batok. Aliran kabut yang menutupi padang pasir Bromo dan kawasan sekita Gunung Batok membuat suasana menjadi sangat eksotis. Indah banget.

Cukup lama saya di situ, dan terpisah dengan rombongan kang H. Iwan yang entah di mana. Saya pindah dari satu tempat ke tempat lain. Naik pagar turun pagar. Naik ke atap dekat tower demi mengabadikan momen indah yang entah kapan bisa saya nikmati lagi.

Setelah agak puas (agak ya) saya berkeliling mencari keluarga Kang H. Iwan. Setelah yakin tidak ada saya turun dari View point dan menuju kendaraan. Ternyata Kang H. Iwan memang sudah turun dan menikmati secangkir minuman hangat dan makanan hangat. Ditemani minuman kopi dan teh, serta gorenganhangat yang di jual di sekitar puncak, menikmati indahnya pemandangan dan melihat gunung Arjuna di puncak penanjakan terasa sangat lengkap dan tak terlupakan.

Sempat juga bertemu dengan rombongan dari Cimahi Bandung, yang sudah empat kali datang ke Bromo. "tak pernah bosan menikmatinya" ujar mereka. Memang, saya setuju juga. Tak akan pernah bosan.

Setelah itu kami menuju jeep dan melanjutkan perjalanan menuju tempat eksotik lainnya. Dalam kondisi yang sudah terang seperti itu, barulah kami sadar bahwa perjalanan Penanjakan adalah perjalanan yang berbahaya. Tanjakan curam, belokan melingkar yang ekstrim. Di pinggir kanan dan kiri terdapat jurang curam. eeeh, untung saja pas naik kami sedang pada tidur.

Saat turun, ada juga mobil jeep yang terbalik. Rupanya remnya blong. Tak pelak kecelakaan itu membuat kemacetan. waduh, dalam kondisi di turunan yang curam seperti ini, kalau mobil kita remnya blong juga bisa-bisa jatuh ke jurang, demikian pikirku. Untung saja Mas Nur sangat berpengalaman mengendalikan mobilnya hingga sampailah kami ke kaki gunung Batok dengan selamat. Alhamdulillah.

2 komentar:

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About