11 Juli 2010

Catatan Akhir Pekan (2) Biaya Sekolahnya Manusia

Tahun ajaran baru tentulah menjadi masalah baru.bagi saya merupakan pengalaman mendebarkan ketika mencari sekolah buat anak di luar lingkaran sekolah yang saya bina. saya mulai merasakan  ternyata mencari sekolah buah anak-anak tak begitu mudah. banyak hal mesti dipertimbangkan. cita-cita anak, kemampuan finansial, cita-cita kita sebagai orang tuanya, dan masa depannya.
apalagi di saat seperti ini. sekolah menjadi sesuatu yang sangat mahal.
berhari-hari ini saya menghadapi orang-orang tua yang bercita-cita sangat besar mengenai masa depan anaknya tapi nasib ternyata kurang ramah pada mereka. keluhannya beragam.

kemarin saya menemui para orang tua yang bekerja sebagai petani. mereka tentunya mengandalkan penghasilan dari hasil menjual panen. kita segera mafhum bahwa di republik ini petani menempati peringkat yang tidak begitu mujur. mulai dari awal bekerja mereka harus bersusah payah mencari modal. ke sana kemari yang akhirnya kebanyakan jatuh pada jerat pemilik modal.Para tengkula

para pemilik modal inilah yang menjadi raja sejati di belantara hidup para petani. dengan modal yang mereka miliki, para raja itu dapat menekan para petani untuk menjual hasil buminya dengan harga yang sangat murah dan kemudian menjualnya dengan sangat mahal. sehingga itu tidak ada ceritanya kalau harga cabai naik para petani mendapatkan keuntungan. apa yang didapat petani? keletihan dan encok yang akut. dan lingkaran setan kemiskinanpun menjadi turun. turun temurun kepada anak cucunya.

tadi siang, seorang pedagang sayur keliling datang dan meminta supaya anaknya diterima di sekolah. belum apa-apa sudah berbicara tentang ketidak mampuannya membayar uang sekolah. saya tak bisa menolak. sekolah ini adalah sekolah mereka, yang didirikan untuk melayani mereka dan menjadikan mereka manusia.

Tak sanggup mereka tuk masuk sekolah pavorit. karena di sekolah sekolah itu nyawa merekapun tak bisa dipakai tuk membayarnya. tak sanggup mereka masuk RSBI atau SBI. karena standarnya yang internasional diikuti dengan uang yang internasional pula (kualitas? jangan tanyakan itu padaku).

Sekolah harusnya ramah pada siapapun. tak harus lihat dompetnya apalagi status sosialnya. di sekolah manusia, biayapun harusnya manusiawi...

(tahun depan kayaknya harus revisi anggaran sekolah)

28 komentar:

  1. susah juga yah punya anak yg mau masuk sekolah...
    nabung ahhh...

    BalasHapus
  2. sekalian buat nyekolahin anak yg punya warung...?

    BalasHapus
  3. jadi selama ini kalo ke warung ga pernah tanya langsung...??

    BalasHapus
  4. sapa tau apa aja ibang berminat...

    BalasHapus
  5. gimana mau dapat...bisanya cuma huhuhu ama nasi uduk...akang jgn ikutan ibang dong....bantuin tuh..

    BalasHapus
  6. urusan sekolah, kenapa jadi urusan nasi uduk ?!?!?!?

    BalasHapus
  7. krn nasi uduk anak tukang nasi uduk bs sekolah

    BalasHapus
  8. bisa juga krn ada kantin sekolah, orang bisa jualan nasi uduk

    BalasHapus
  9. ya ... nggak semahal sekolah ..

    BalasHapus
  10. sale itu terbuat dari pisang ....

    BalasHapus
  11. ckckcck *geleng-geleng*....cuma MP yg bs begini...

    BalasHapus
  12. MP = FB (Faiz Banget)......kwkxkwkx ..

    BalasHapus
  13. Bener, kang... aslinya. skrg anak yg mw sekolah tp ortunya yg kalang kabut... seingat sy, kami dulu berenam kakak adik, klu nyari sekolah, sampai kuliahpun paling cuman dianter seorang kakak. siapa aja yang mau nganter... sekarang? mana tahaannnn

    BalasHapus

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About