Setelah gegar hati karena jaringan internet di rumah sedang kacau balau dan belum ada perbaikan dari Telkom, saya ngacak ngacak cd dokumentasi lama yang membuat saya menemukan beberapa foto yang mengingatkan saya pada beberapa perjalanan ke Aceh, pada tahun 2005-2006 pasca Tsunami.
Tahun segitu ya, istilah selfie kayaknya belumlah seramai sekarang ini. Tahun-tahun ini adalah masa kejayaan Multiply yang sekarang sudah almarhum (duuh, jadi kangen deh sama MP). Kamera yang dipakai juga masih kamera biasa. Sehingga membidiknya membuat kesulitan tersendiri. Mungkin kalau menggunakan kamera Hp zaman ini seperti Smartfren tidak akan sesulit saat itu. Apalagi pake lensa wide.
Foto di atas merupakan foto saat saya dan Bapak saya meninjau ke lokasi pembangunan sekolah di beberapa tempat di Aceh. Yang pertama adalah aceh besar dan yang kedua adalah Aceh Barat (Meulaboh).
Tahun itu, Bapak sudah mendekati umur 70 tahunan namun semangatnya masih seperti pemuda-pemuda harapan bangsa. Kepiawaiannya menjaga kondisi tubuhnya diperlihatkan lewat foto ini. Durian Meulaboh yang memang matang di pohon bisa dilahap sendiri dan tidak ada pantangan dalam hal makanan. Padahal untuk umur seperti itu, beberapa makanan biasanya sudah menjadi pantangan. Mungkin saja kebiasaannya mengkonsumsi jamu dan dedaunan obat membuatnya tetap sehat dan bugar.
Di tempat ini saya dipercaya untuk menjadi pimpro pembangunan sekolah. Di Gunung Mas Meulaboh ini sudah ada fondasinya. Namun selama bertahun-tahun, pembangunan tidak pernah diteruskan. Maklum saat itu sedang kondisi kampanye sehingga dana cukup besar untuk meraih simpati sesaat digelontorkan. Termasuk ke dayah (pesantren ini). Maka ketika kami datang untuk melanjutkan kembali pembangunan yang tertunda sangat lama itu, Pak Kyai pengurus dayah di Gunung Mas sangat senang.
Bagi saya sendiri, perjalanan ke Aceh adalah sebuah perjalanan yang sarat dengan pembelajaran. Dari perjalanan ke Aceh (dan juga perjalanan membangund sekolah di tempat lain) saya mendapatkan pengalaman luar biasa.
Pelajaran paling utama yg saya dapat dalam perjalanan ini adalah tentang perjuangan membangun bangsa. Bapak sering bilang bahwa kalau bangsa ini ingin maju, maka sektor pendidikan haruslah digarap dengan serius.
Naik Helicopter PBB |
Maka, dari semangat membangun bangsa itu kemudian
lahir sekolah-sekolah di berbagai tempat. Yang membahagiakan, saya ikut
merintis beberapa sekolah di pelosok Indonesia. Sebut saja Aceh, Nias dan
Wakatobi. Ada jejak yang berhasil saya torehkan di tempat-tempat itu. Walaupun tidak
kelihatan di sana, paling tidak ada beberapa fotonya. Termasuk yang pose-pose
selfie.
Memang, kesempatan ke tempat-tempat itu saya
pergunakan juga untuk mengunjungi tempat-tempat yang menarik. Di Banda Aceh,
tentu saja Mesjid Baiturahman menjadi tempat yang harus dikunjungi. Saat
Tsunami melanda, mesjid ini menjadi tempat penampungan mayat-mayat yang
jumlahnya ribuan.
Saya sempatkan juga mampir ke Makam ulama
terkenal yang namanya diabadikan menjadi sebuah perturuan tinggi, yaitu Syiah
Kuala. Saat saya ke sana kondisinya memang masih berantakan dan belum ada
perbaikan.
Selain tempat itu menarik, nama dari ulama
terkenal itu sangat menarik perhatian. Namanya mengingatkan saya pada satu
madzhab Islam yang banyak diikuti oleh orang-orang Iran. Apakah nama itu
merujuk pada madzhab itu atau tidak, mungkin para ahli sejarah bisa
mengurainya.
Tak lupa saya menginjakan kaki di Indonesia KM 0
Pulau Weh, Sabang. Dari Lampuuk, kami naik kapal fiber menuju Sabang. Lalu
menggunakan mobil ke KM 0. Setelah melewati perjalanan cukup pangjang, kami
tiba di Indonesia KM 0. Sebagai bukti kalau kami sudah ke sana, sebuah
sertifikat diberikan setelah membayar sejumlah uang (saya lupa nominalnya).
Selfie di atas motor saat menuju ke makam Syiah Kuala |
Nice trip.... cool
BalasHapusoh iya aku pernah dengar soal ini, soal perbatasan 0 ini
BalasHapusbtw Telkomnya sudah kelar belum masalahnya?
coba kontak twitter @TelkomCare,
semoga masalahnya cepat kelar
salam kenal yah
@guru5seni8
penulis di http://hatidanpikiranjernih,blogspot.com dan www.kartunet.or.id