Beberapa saat berlalu, sepi mencekam, akhirnya beberapa perbincangan terjadi dan berujung pada saling ejek. Pada saat itu anak orang kaya berkata kepada anak orang miskin:
“Kamu lihat, batu apa yang saya letakan sebagai nisan bapaku? Batu mulia yang besar dan berat. Hari ini, ketika aku baca Al-Qur’an di atasnya, kulakukan beberapa upacara yang megah dan meriah”.
Si fakir hanya tertunduk, diam dan kesal.
Si fakir tidak menjawab, si kaya melihat bahwa hal itu merupakan tanda kemenangan dirinya atas si fakir. Dengan seringai menghina, dia melihat kuburan orang fakir dan dengan kata-kata kasar:
“lihat kuburan bapakmu, apa yang kamu jadikan batu nisannya? Dua buah kayu lapuk, dan taburan tanah bau!”
Si fakir sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia berteriak:
“Hei anak dungu, saat ini, ketika bapakmu berjuang melepaskan diri dari himpitan batu berat yang kau jadikan nisan, bapaku sudah sampai ke surga”.
Jika keledai membawa sedikit beban
Tanpa ragu akan bergerak dengan lincah
Siapa saja yang hidup dengan penuh kenikmatan dan kesenangan
Dia mati dalam keadaan ini, tanpa ragu dia akan sangat susah
membuat saya terkenang pada tulisan Allamah Quchani: "Tamasya di Alam Barzakh" ...
BalasHapus