26 November 2013

Jangan Remehkan Catatan Perjalanan

“Penelusuran sejarah itu harus kontemporary” kata Kang Jalal dalam bincang buku Senandung Angklung di Persia. Maksudnya adalah bahwa penelusuran sejarah harus dirujuk pada catatan-catatan yang ditulis pada zaman terjadinya peristiwa tersebut. Catatan sezaman itulah yang kemudian menjadi rujukan penting dalam penelusuran sejarah.
Sejarah Indonesia, misalnya. banyak merujuk pada catatan-catatan perjalanan Marcopolo. Dalam salah satu catatannya, Marcopolo mengatakan bahwa unicorn (kuda bertanduk satu) itu dijumpai di Sumatera. Mungkin saja yang dilihatnya adalah badak. Karena ilmu pengetahuan tidak pernah mendapat bukti bahwa di Sumatera terdapat kuda bertanduk satu. Dari catatan perjalanan Marcopolo pula dapat kita temui nama-nama tempat yang dikunjunginya saat itu seperti Jawa Besar (Jawa).

Ibnu Batutah - http://sraksruk.blogspot.com
Selain Marcopolo, musafir yang catatannya juga menjadi rujukan sejarah Indonesia adalah Ibnu Batutah. Seorang musafir dari Maroko yang melakukan penjelajahan lebih jauh dan lebih fenomenal dibandingkan Markopolo. Catatan perjalanannya yang berjudul Tuhfah an-Nazzar fi Gara`ib al-Amsar wa `afa`ib al-Asfar (Persembahan Seorang Pengamat Tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan yang Mengagumkan) menjadi rujukan penting dalam sejarah Indonesia.
Selain mencatat perjalanan, para penjelajah itu juga mencatat kejadian-kejadian penting, adat istiadat masyarakat setempat, tumbuhan, makanan, iklim hingga pakaian yang dipakai. Beberapa catatan sejarah mungkin menyertakan peta atau gambar-gambar pendukungnya. Peta menggambarkan lokasi tempat yang dikunjungi. Jangan sampai salah juga memuat peta. tertulis Chicago tapi peta yang ditunjukan adalah Cikaso. Pemetaan ini sekarang sangat mudah dengan berbagai peta yang tersedia di Internet. Demikian juga dengan foto.
Nah satu saat, catatan perjalanan saya akan menjadi bukti penting dalam penelusuran sejarah saya. Apalagi kalau saya jadi presiden (he he he). Karena catatan itu ditulis berdasarkan yang saya alami. Oleh karena itu mari kita menuliskan perjalanan kita. Karena dengan tidak menuliskannya maka kita telah menghilangkannya dalam sejarah. Verba volant, scripta manent (yang diucapkan akan sirna dan  yang tertulis akan abadi) . Pramoedya mengatakan “Menulislah. Jika engkau tidak menulis, engkau akan hilang dari dunia dan dari pusaran sejarah”.

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About