Mandela (Kompas.com) |
“Mana gambar Soekarno? Seluruh pemimpin di Asia Afrika datang ke Bandung karena Soekarno. Dimana gambarnya?)” tanya Mandela saat mengunjungi Museum KAA (Republika, 14/8/13). Saat itu pengelola kelimpungan karena memang tak ada gambar Soekarno di gedung bersejarah itu.
Konfrensi Asia Afrika yang digagas Soekarno menjadi inspirasi bagi Mandela “Saya terbius oleh pidato Bung Karno, bukan hanya saya tapi Nasser dari Mesir, Nehru dari India, Narodom Sihanok dari Kamboja, 29 tokoh Konfrensi Asia Afrika. Kita semua terbius oleh pidato Bung Karno yang menyadarkan kita bahwa sekian tahun benua Asia-Afrika dikapling-kapling oleh negara-negara Eropa,” (Bangka Pos) 23/6/2012).
Semangat KAA itulah kemudian melecut mandela untuk memperjuangkan kemerdekaan rakyatnya dari penjajahan inggris. Sampai akhirnya pada 31 Mei 1991 perjuangannya membuahkan hasil, Afrika Selatan mencapai kemerdekaannya. Perjuangannya menghilangkan rasisme dilanjutkan hingga akhir hayatnya.
Syekh Yusuf Al Makassari (Detik.com) |
Inspirasi perjuangan Mandela juga muncul dari putra Indonesia lainnya. Jauh sebelum Soekarno melakukan perlawanan terhadap penjajahan, salah satu putra Indonesia sudah dibuang penjajah ke Cape Town karena penentangannya terhadap penjajahan.
Syekh Yusuf Al Makassari, dibuang Belanda ke Afsel pada abad ke-17. Dia disingkirkan karena melakukan perlawanan di berbagai daerah. Ketika Kerajaan Gowa dilalahkan Belanda, Syekh Yusuf pindah ke Banten dan diangkat sebagai mufti kerajaan Banten. Ketika Banten yang dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa dapat dikalahkan, Syekh Yusuf ditangkap dan dibuang ke Sri Langka.
Di Sri Langka, Syekh Yusuf mengobarkan perlawanan terhadap penjajahan dalam pelajaran-pelajarannya. Melihat perkembangan dakwah Syekh Yusuf, Belanda kembali membuangnya ke Afrika Selatan. Di Afrika Selatan pun Syekh Yusuf tetap berdakwah dan mengajar serta mengobarkan perlawanan terhadap penjajah.
Syekh Yusuf menetap di Cape Town hingga meninggalnya. Karena pengaruhnya yang sangat kuat dan mengakar di Afrika Selatan, Mandela menyebutnya sebagai salah satu inspirasi perjuangan rakyat Afrika selatan. Mandela bahkan menyebut Syekh Yusuf sebagai “Salah seorang putra terbaik Afrika”.
Kedekatan dengan Indonesia pun terlihat dari pakaiannya. Batik adalah pakaian kesukaannya. Mandela bukan hanya mengoleksi batik tapi memakainya dalam acara-acara resmi seperti penutupan Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan. Kesukaannya pada batik membuat batik populer di Afrika Selatan. Orang Afsel menyebut batik sebagai Mandela tshirt.
Tanggal 5 Desember 2013 pukul 20.50 dunia berduka. Nelson Rolihlala Mandela,pemimpin anti-apartheid (perbedaan ras) dan mantan presiden Afrika Selatan, telah tiada. Dia meninggal dunia di usia 95 tahun setelah berjuang melawan sakit infeksi paru-paru. Kematiannya masih meninggalkan cita-cita panjang untuk menhapuskan apartheid dan penjajahan di atas dunia.
Selamat Jalan Mandela, Perjuanganmu akan terus kami lanjutkan.
(dari berbagai sumber di internet)
(http://worldnews.nbcnews.com) |
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu