02 April 2014

Pemilu (5) : Menyaksikan Senyum Tuhan (dua)

Citarum? Ya. ini Citarum (Dok. Geotrek Indonesia)
Selepas dari Tagog apu, jalan mulai berkelok-kelok. Untung saja tak terlalu padat sehingga rombongan Ustad Jalal yang dipandu oleh voorijder tak terlalu kesulitan membebaskan diri dari kendaraan lainnya. Di pasar Rajamandala, rombongan berbelok ke kiri masuk ke gerbang menuju power house saguling. Jalan masih berkelok kelok dengan tikungan tajam dan turunan yang curam. Sangat berbahaya jika tak hati-hati. Sebuah pohon besar tumbang menghalangi jalan. Untung sudah dipotong dan dipinggirkan.

Sebelum sampai ke power house saya teringat seorang kawan yang dulu mengajar di pesantren Al Bantari di bantaran Citarum. Menurutnya, di dekat jembatan baru itu ada kuburan seorang pahlawan Pasundan sekaligus nasional. Kalau tak salah namanya adalah Adipati Ukur. Entahlah, saya sendiri belum ke sana.

Jika kita berhenti di power house Saguling, maka kita akan dapat melihat salah satu tempat yang penting dalam legenda Sunda, Sang Hyang Tikoro. Sang Hyang Tikoro adalah gua alami yang dulu dipercaya sebagai tempat bobolnya danau Bandungn purba. Dalam legenda Sunda, tempat itu dipercaya sebagai kerongkongan dewata. Sehingga itu pamali membuang rambut atau lidi. Jika anda membuang lidi, maka akan masuk ke gua dan menyumbat aliran sungai Citarum dan jika itu terjadi, Bandung akan menjadi danau kembali.

Sebetulnya ajaran pamali itu mengajarkan kita agar berhati-hati menjaga sungai. Jangan sampai dikotori oleh kotoran sebesar lidi atau gumpalan rambut sekalipun. Jika manusia tidak lagi menjaga sungainya, yang terjadi adalah petaka.

Citarum itu adalah sungai yang sangat vital, dari dulu hingga sekarang. Di Alirannya, dibangun tiga bendungan besar yang memasok listrik Jawa dan Bali. Dalam artikel saya berjudul  sepotong keindahanCitarum saya pernah menuliskan, sungai Citarum mengalir dari hulunya di Gunung wayang selatan kota Bandung mengalir ke utara dan bermuara di laut jawa. Citarum mengaliri 12 wilayah administrasi kabupaten/kota. Citarum menyuplai air untuk kebutuhan penghidupan 28 Juta masyarakat, Sungai yang merupakan sumber air minum untuk masyarakat di Jakarta, Bekasi, Karawang, Purwakarta, dan Bandung. Dengan panjang sekitar 269 km mengaliri areal irigasi untuk pertanian seluas 420.000 hektar. Citarum merupakan sumber dari denyut nadi perekonomian Indonesia sebesar 20% GDP (Gross Domestic Product) dengan hamparan industri yang berada di sepanjang sungai Citarum. 

Nah, bagaimana perlakuan kita terhadap Citarum? Ironisnya perlakuan masyarakat terhadap sungai yang banyak memberi manfaat tidaklah sepadan. Sungai memberi kehidupan dan manfaat buat manusia, dan manusia membuang sampah dan limbah ke dalamnya. sehingga terciptalah wajah Citarum yang muram.

Pabrik-pabrik besar membuang limbah ke Ci Tarum tanpa melewati proses terlebih dahulu sehingga sering ditemui air terjun warna-warni. Warnanya sesuai dengan limbah yang dibuang langsung ke sungai. Bisa berwarna hitam pekat. Nanti berubah menjadi merah. berubah lagi menjadi hijau. Tak hanya berwarna, limbah itu berbau menyengat dan sangat beracun. Ingat 80 % warga jakarta menjadikan air dari sungai citarum ini sebagai bahan baku air minum.

Citarum, seperti sungai-sungai di kota besar memang merana. Namun jika anda bergeser sedikit ke arah hulu Citarum purba, anda akan menemukan wajah nan asri dan bersih dari Citarum. Sebelum masuk ke aliran Citarum Purba, anda bisa masuk ke gua Sang Hyang poek yang dipenuhi aura mistik. Setelah itu anda akan berada di ujung gua dengan pelataran cukup luas dengan aliran sungai Citarum yang bersih. Di situlah terdapat Citarum yang elok. Saya pernah menulis keelokannya dalam blog.




Aliran Citarum Purba

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About