09 Januari 2008

Bahkan Allah pun tidak ingin menghancurkan hatinya

(naskah ini mungkin menjadi komik anak-anak pertama saya. mhn masukannya)



Kepala Imam Husein diletakan di sebuah nampan dan dipersembahkan ke hadapan Yazid.

Yazid menekan dan memukuli kepala, gigi serta bibir Imam Husein as sambil tertawa terbahak-bahak, hatinya dipenuhi rasa kemenangan.

Melihat itu orang lain ikut tertawa terbahak-bahak. Dengan berbagai macam tingkah mereka memberi semangat pada Yazid.

Sementara itu di dalam majlis itu terdapat seorang duta dari Romawi, orang itu dikenal sebagai orang nasrani. Dia tidak menyukai perbuatan dan tingkah Yazid atas kepala Imam Husein as. Dia juga terheran-heran dan takjub melihat tingkah orang-orang di sekeliling Yazid.

dia bertanya kepada Yazid :

“ini kepala siapa ?”

Dengan mata terbeliak-beliak dan sikap angkuh Yazid menjawab :

“Beberapa pemberontak telah mengadakan perlawanan kepada kami yang merupakan pengganti Rasulullah. Kami telah membunuh mereka semua. Kepala ini adalah kepala Husein, pemimpin para pemberontak itu”

Mendengar jawaban Yazid, Duta dari Romawi itu meneteskan air mata, ada rasa muak di dadanya mendengar jawaban Yazid. Sambil menekan perasaannya dia berkata :

“Dengarkanlah apa yang akan kuceritakan tentang orang yang kau bunuh ini, akan kuberitahu kepada kalian kepala siapa ini"

Mendengar kata-kata ini, senyum Yazid menghilang, dengan keheranan dan takjub Yazid dan orang-orang yang berkumpul di situ memandangi orang tersebut. Mereka bertanya-tanya “apa yang hendak dikatakan oleh orang Masehi tersebut ? apa dia mencari mati?”

"Dulu aku adalah pedagang, aku pergi dari satu kota ke kota lain, dari satu negeri ke negeri lain, aku membeli barang perniagaan, lalu kujual dan aku menjalani hidupku seperti itu"

"Bertahun-tahun yang lalu aku sempat menginjakkan kaki ke Madinah, tahun-tahun di mana Baginda Rasul Muhammad (Semoga shalawat dan salam terlimpah baginya) diutus menjadi Rasul."

Dalam Kitab suci agama nasrani kubaca “akan datang seorang utusan bernama Muhammad yang merupakan utusan terakhir, setiap orang harus tunduk kepadanya dan beriman kepadanya”

Aku sangat ingin bertemu dengan Nabi terakhir itu. Oleh karena itu ketika aku berhasil menginjakkan kaki ke Madinah, sebelum melakukan pekerjaanku, aku mencari tahu tentangnya. Waktu aku melihat wajahnya yang dilingkupi cahaya malakuti dan wajah yang cemerlang aku paham bahwa dialah yang dimaksud. Dialah Nabi terakhir. Dialah orang yang kedatangannya telah dikabarkan oleh Nabi Isa as.

Seketika itu juga aku menjadi orang Islam. sejak saat itu sampai sekarang aku menyembunyikan keimananku di hadapan orang-orang negeriku. Aku mempunyai lima orang putra dan empat putri, mereka semua muslim tapi tidak ada yang tahu keimanan kami.

Semua terdiam takjub mendengar pembicaraan Duta Romawi tersebut. Keheningan yang mencekam menguasai majlis tersebut, lalu orang tersebut melanjutkan perkataannya:

Setelah aku menjadi seorang muslim hatiku tak rela untuk meninggalkan Nabi dan meninggalkan Madinah. Sampai beberapa waktu aku tinggal di Madinah dan seringkali aku duduk-duduk bersama Rasulullah saw. Suatu hari ada kejadian istimewa, ketika itu aku sedang duduk di samping Rasulullah dari kejauhan terlihat dua orang anak kecil yang seperti dua tangkai bunga, seperti dua bulan yang bercahaya, seperti dua malaikat. Mereka memasuki masjid dengan berlari-lari kecil.

Mereka adalah Hasan dan Husein, anak Fatimah Zahra, dua cucu Rasulullah saw dan cahaya kehidupan Ali.

Rasulullah dengan segala kebesarannya berdiri dan menyambut mereka dengan mesra. Rasulullah memeluk mereka dan meletakkan mereka di sampingnya. Rasulullah menciumi kepala pipi dan mulut mereka. Kepada husein Rasulullah berkata :

“Allah akan melaknat orang yang membunuhmu, dan Allah juga akan melaknat orang-orang yang bekerja sama membunuhmu”

Rasulullah mengatakan hal ini kepada Husein sambil air matanya bercucuran dan kembali Rasulullah menciumi mereka.

Betapa indahnya dua anak kecil tersebut.

Mereka berkata :

"Kakek ! Kami telah bertanding gulat tapi tidak satupun yang menang. Kami datang agar Kakek menjadi juri dan menentukan siapa yang paling kuat ?"

Dengan tersenyum mesra Rasulullah berkata :

"anak-anakku tersayang, gulat tidak pantas untuk kalian, sekarang pergilah dan tulis sesuatu, jika sudah selesai bawa ke sini, yang tulisannya paling bagus, dia paling kuat"

Seperti dua ekor merpati, Hasan dan Husein segera berangkat. Tidak lama kemudian mereka kembali dengan membawa tulisannnya masing-masing. Tulisan keduanya sama indahnya. "Kakek, tulisan siapa yang paling bagus ? Siapa yang paling kuat, kakek ?"

Rasulullah meneliti kedua tulisan tersebut, tapi Beliau tidak ingin menghancurkan hati kedua cucunya tersebut.

Kalau Rasulullah mengatakan tulisan Hasan lebih bagus pasti hati Husein akan remuk, dan jika dibilang tulisan Husein lebih bagus maka hati Hasan pun akan hancur.

Sambil mengusap kepala kedua cucunya sambil tersenyum mesra Rasulullah berkata "Kedua tulisan ini sangat bagus, aku tidak bisa memutuskan siapa yang terbaik. Sekarang mari kita pergi menemui ayah kalian agar dia yang memutuskan siapa yang tebaik"

Aku sangat ingin mengetahui lanjutan kejadian ini, bagaimana Ali bin Abi Thalib memutuskan kejadian tersebut, siapa yang akan menang diantara dua anak tersebut. Tetapi aku merasa malu untk ikut dengan Rasulullah. Akhirnya aku duduk di mesjid bersama sahabat lainnya, sementara Salman pergi bersama Rasulullah. Salman sangat dekat dengan Rasulullah, bahkan Rasulullah mengatakan bahwa Salman adalah Ahlul Bait beliau. Lanjutan kisah ini kudengar dari Salman.

Ketika cerita orang Romawi ini sampai di sini, ingatan akan wajah Salman kembali hidup, seakan-akan Salmanlah yang menceritakan lanjutan kisah menarik tadi.

Rasulullah, Hasan dan Husein membawa tulisan mereka dan meletakkannya di hadapan Ali as dan berkata : "Engkau yang memutuskan tulisan mana yang terbaik !"

Ali pun tidak ingin menghancurkan perasaan kedua anaknya tersebut. Dia berkata: "Kedua tulisan ini sangat bagus, sekarang bawalah tulisan ini kepada ibumu, biar dia yang memutuskan mana yang terbaik di antara keduanya"

Fatimah Zahra as meneliti kedua tulisan anaknya, sesekali melihat pada Hasan, sesekali melihat kepada Husein dan sesekali melihat kedua tulisannya.

Kedua tulisan itu sama-sama indahnya, keduanya sama-sama bagus, walaupun ada beberapa perbedaan, akan tetapi bukan perbedaan besar yang membuat tulisan yang satu lebih baik dari tulisan ainnya. Hazrat Zahra sendiri tidak ingin menghancurkan hati kedua anaknya tersebut. Hazrat Zahra memeluk kedua anaknya itu dengan penuh kasih sayang. Beliau berkata : "Aku mempunyai sebuah jalan, aku memiliki sebuah kalung berbutir tujuh, kalung itu akan Ibu putus, barang siapa yang bisa mengumpulkan butirannya lebih banyak daripada yang lain dialah yang juara"

Jalan keluar yang sangat bagus, kedua anak yang ingin menjadi terbaik menerima tawaran tersebut. Ketika butiran kalung itu disebar, keduanya dengan cekatan mengumpulkan butiran kalung ibunya satu demi satu. Masing-masing ingin mengumpulkan butiran kalung ibunya lebih banyak. Akan tetapi keduanya hanya bisa mengumpulkan tiga butir, butir kalung ketujuh ternyata tidak bia mereka temukan.

Segala usaha mereka keluarkan untuk menemukan butir ketujuh tapi tetap tidak bisa ditemukan, seakan-akan Tuhan tidak ingin hati kedua anak tersebut hancur berantakan.

Hasan dan Husein melihat kepada Ibunya, Ayah dan Kakeknya, keduanya membisu, mereka saling memandang menanti apa yang akan terjadi selanjutnya.

kemana butir kalung ketujuh ? Keduanya melanjutkan pencarian.

Tiba-tiba kedua anak itu berteriak kegirangan, keduanya menemukan butir kalung ketujuh, tapi hanya setengahnya saja. Masing-masing memegang setengah. Mata mereka berbinar-binar bahagia. Perlombaan itu tidak ada pemenangnya. Keduanya adalah juara.

Sesaat Orang Rumawi tersebut terdiam. Pandangannya menyapu ruangan itu lalu dia berdiri. Antek-antek Yazid menundukkan kepala mereka sambil menahan malu, Yazid sekalipun terdiam seribu bahasa, tidak ada yang bisa dilakukan.

Orang Romawi mengambil tongkat di tangan Yazid, dipatahkannya tongkat itu dan berteriak:

"Hei Yazid ! Orang yang kau bunuh dan sekarang kepalanya ada di sini di hadapanmu, kepala yang kau pukuli dengan tongkat adalah Husein.

Dialah Husein yang Tuhan, Rasulullah, Fatimah dan Ali bin Abi Thalib tidak ingin menghancurkan hati keduanya.

Celakalah engkau hai Yazid, engkau mengaku jadi pengganti Rasulullah tapi kau memperlakukan cucu Rasulullah demikian rupa ?"

0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About