12 Maret 2008

SKM, PPMMM dan IRM

Taman Pendidikan Putri-putri Islam di Jogjakarta.

mendidik, mengajar, .....jadi penganjur Islam..

..........dan sebagainya..

Maaf aku hanya hafal segitu. Karena aku tidak pernah merasakan "hangatnya" senyum tarbiyah di "taman itu". Tapi aku selalu hikmad menyimak mars saudari kita itu. Terutama yang sedang menyanyikannya. Damai. Semoga masih tetap berkumandang mars itu. Di taman itu. Taman yang pastinya banyak meninggalkan jejak kenangan.

Tidak seperti Kampus Hijau. Muallimin kita. Teriakan gagah : "Dengan semangat sebagai kesatria, berjuanglah dengan gembira..Hiduplah SKM..Hiduplah SKM...Hiduplah SKM..(maaf aku terpaksa menangis menyanyikannya). Aku baru sadar, semangat penuh pearcaya diri itu telah sirna. Dalam diri kita. Dalam diri kader Muhamadiyah itu.

Ada semacam kehilangan ruh dalam sistem pengkaderan di penyemai kader Muhammadiyah milik kita. Kampus tercinta kita. Ketika hati dilunturkan oleh bibir yang pandai berkicau. Setitik pesona yang mesti kita jaga telah terenggut. Oleh kita sendiri. Mars SKM sudah tidak lagi berkumandang.

Sejak Sinar Kaum Muhammadiyah tidak lagi berperan dalam sistem pengkaderan sekolah kadernya Muhammadiyah dan para anak panah Muhamadiyah pun menjadi semakin tumpul. Terlalu berlebihan memang jika aku mengatakan begitu. Tapi, sejujurnya, di lembaga itu (SKM) aku memperoleh arti kemandirian, kepercayaan diri dan belajar kepemimpinan yang demokratis.

Aku masih teringat, ketika kak Manar Mas Muhammadiyah adu argumen untuk mempertahankan SKM. Tidak ada yang mampu mematahkan logikanya saat itu. Pak Irud, Kang Jamal (mantan ketua PP IPM itu), hingga pentolan IPM (kala itu) pun mengakui: "Ada sesuatu yang tidak bisa disentuh tangan IPM di Muallimin untuk Muhammadiyah," kata Mas Irud kala itu.

Sistem pengkaderan SKM, sebenarnya, merupakan "miniatur" sistem pengkaderan Muhamadiyah secara makro. Artinya, para anggota Sinar Kaum Muhammadiyah dijamin mampu menjalankan amanat persyarikatan, tanpa disibukkan persoalan "Struktural". Padahal masuknya, IRM ke Muallimin hanya sekadar "menyibukkan" para calon kader Muhammadiyah untuk meraih jabatan struktural. "Kita harus realistis. Kalian semua, harus aktif dan masuk dalam jalur struktural Muhammadiyah dan pintunya hanya Ikatan Remaja Muhammadiyah," kata Ustad Hamdan kala itu.

Dan setelah berjalan, IRM merupakan wadah pengkaderan di Muallimin, banyak siswa Muallimin yang tidak tercover di IRM. Belakangan, itu menjadi persoalan sendiri bagi perkembangan kader. Setelah bermetamorfosa dan menjadi kupu-kupu yang bebas terbang, para kader itu hilang kepercayaan dirinya. Gegap "Dengan Semangat Sebagai Kestria..Berjuanglah Dengan Gembira.." kini telah hilang dari diri para kader. Oleh kita sendiri. Di rumah kita sendiri. Di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta. Ah, aku terlalu bernostalgia...

Nurochman Arrazie

Mantan Ulama Setempat

Pelantun Setia Mars SKM.

(judul di atas bukan judul aslinya)

4 komentar:

  1. Aku juga turut prihatin padahal sekolah kita itu sekolah kader Muhammadiyah gak ada yang nyaingin kita belajar kemuhamadiayan 6 thn apalagi mualimmat masih ada mata pelajaran ke-aisyah_an..
    yach apa mau dikat Mualimat lama-lama jd kaya lagu gesang...mualimat mualimin riwayat mu dulu....
    hanya mampu tersimpan dalam kenangan manis di hati masing2 kita...

    BalasHapus
  2. proses pendidikan kader di mu'allimin tidak sebatas SKM, tetapi seluruh proses pendidikan itu sendiri. SKM hanyalah sebagian dari proses yang lebih komprehensip di Mu'allimin itu sendiri. hal penting adalah bagaimana reaktulaisasi pendidikan kader di madrasah kita...

    BalasHapus
  3. Dimana Minat Juang Para Kader yang terdahulu..........?????
    -Santri Muallimin Keluarga 93

    BalasHapus
  4. SKM harus segera bangkit di Mu'allimin kita tercinta ini! Menurut saya, IPM sudah banyak kegagalan dan kecolongan dalam berbagai hal 20 tahun belakangan ini. Kemunduran banyak terjadi di berbagai sektor. Walaupun banyak pula prestasi yang diraih IPM di lain bidang.

    Namun kehilangan yang paling kritis adalah: Kehilangan jati diri dan kebanggaan sebagai kader Muhammadiyah. Bahkan ada oknum teman saya yang sudah 3 tahun menjadi siswa Mu'allimin TIDAK TAHU APA ITU MUHAMMADIYAH. ironis bukan?

    ~Santri Mu'allimin Angkatan 2019

    BalasHapus

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About