Madrasah Hujjatiyah (Sumber : http://otongsulaeman.wordpress.com) |
"Agar khudoi nakhosteh dars nakhondid haramast dar madreseh bemonid"
jika -semoga tidak terjadi- kalian tidak belajar, maka haram tinggal di
madrasah. Itulah 'fatwa' dari Imam Khomeini (qs) yang tertulis di
ruang-ruang tempat kami belajar. Teman-teman saya yang datang dari berbagai negara di dunia sangat paham arti tulisan itu.
Pengalaman saya, hampir sama dengan yang ditulis Dina Y. Sulaeman dalam postingan berjudul Tuduhan Makar Terhadap Mahasiswa Indonesia di Iran. sebagai tanggapan atas ungkapan seorang 'ustad' yang mengatakan bahwa ribuan santri Indonesia yang dikirim ke Iran kerjanya hanya makan, minum, dan tidur. Mereka tidak belajar, melainkan hanya dicuci otak. Sepulang dari sana,
mereka menyebarkan paham Syiah dan akan menjadi bom waktu karena
bermaksud mendirikan Negara Syiah (di Indonesia). Tuduhan yang tak memiliki dasar sama sekali. Fitnah yang menjijikan.
Saya pernah belajar di jantung pemikiran Syiah, Qom, Iran. Beberapa tahun saya lalar lilir di sana menghirup aroma keilmuan yang
kental. Mubahatsah (diskusi kecil) adalah santapan harian yang tak boleh
dilewatkan begitu saja. Dalam sehari seseorang bisa mengikuti dua atau tiga mubahatsah yang diselenggarakan di setiap sudut madrasah kami.
Selain pelajaran di kelas yang cukup padat, kami
juga berupaya untuk menambah pelajaran di luar. Selain dari
ceramah-ceramah umum dan khusus. Bagi yang ingin belajar ilmu yang tidak
diajarkan di Madrasah kami harus mendengarkan kaset. Maktabah Shaut
(perpustakaan kaset) merupakan tempat yang sering didatangi. Di tempat
itu para pelajar bisa meminjam kaset-kaset pelajaran dan mendengarkan pelajaran-pelajaran dari para ulama.
Satu mata pelajaran bisa mencapai ratusan kaset. Jumlah kaset pelajaran terkecil adalah 100 kaset. Bayangkan saja berapa banyak waktu harus dihabiskan untuk menghabiskan dan memahami kaset-kaset itu. Tak hanya mendengarkan mereka mencatat dengan seksama pada hal-hal penting. Sehingga buku pelajaran yang dipakai seperti sebuah hasyiah (komentar) atas karya utama. Bunyi cletak-cletek tape untuk proses membalik kaset adalah hal biasa. Kaset, tape dan bunyi itu adalah teman
akrab kami.
Tidak ada libur musim panas bagi kami. Pelajaran berjalan seperti biasa hanya waktunya saja yang dipersingkat. Ketika kebanyakan orang Iran melakukan liburan mencari udara yang lebih sejuk pelajar-pelajar ini -termasuk mahasiswa Indonesia- mengikuti pelajaran musim panas mereka. Tentu saja ada yang bolos dan malas. Namun prosentasenya sangat sedikit. Haram kalau tak belajar.
Kami
pun tak pernah diajari MAKAR terhadap negara. Saya ingat ketika Libanon
Selatan membara hampir semua pelajar ingin bergabung dengan
pejuang-pejuang Hizbullah, termasuk saya. Namun pada saat itu, Syed
Hasan Nasrullah, sebagai sekjen Hizbullah berbicara kepada kami. Alih alih memprovokasi anak-anak muda penuh semangat itu untuk berjihad ke Libanon Sayid Hasan Nasrullah justru melarang kami. Sangat berbeda dengan orang yang mengaku ulama dan memprovokasi anak-anak muda untuk jihad ke Syiria.
Saya masih sangat ingat, di
mesjid Madrasah kami beliau berbicara bahwa Hizbullah tidak memerlukan
tenaga bantuan dari negara manapun. Perjuangan di sana adalah perjuangan
rakyat Libanon. Anak-anak muda kami masih banyak dan sanggup menghadapi Israel. Karena anak-anak muda Libanon ini sering dipanggil untuk berjihad di negaranya, sering sekali kami hanya mendengar kabar bahwa kawan kami itu sudah syahid.
"Jihad kalian adalah di meja belajar" kata Syed Hasan
Nasrullah saat itu. "Jika kalian sudah belajar, maka medan jihad kalian selanjutnya adalah
membangun negara kalian sebaik-baiknya" Lalu beliau menyitir sebuah ayat "Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali
kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya." (At Taubah : 122)
Itulah doktrin kami. Belajar sebaik-baiknya untuk membangun negara bukan untuk menghancukan negara seperti yang justru dilakukan orang rajin menuduh kami. Oleh karena itu tak akan ada satupun alumni dari Hauzah yang bercita-cita untuk menghancurkan NKRI dan mendirikan negara Syiah.
Abu Jibril: Yang Ikut Pancasila Akan Binasa
Abu Jibril: Yang Ikut Pancasila Akan Binasa
Abu Jibril: Yang Ikut Pancasila Akan Binasa
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu