14 Februari 2014

Mereka yang diundang Tuhan (1) Kisah Cecep

Dalam umroh kemarin (04-14 Februari 2014) saya dipertemukan dengan dua pemuda dengan pengalaman spiritual menarik.

Dua pemuda ini memang menarik. umurnya sekitar 20-23 tahunan. Bekerja di tempat karaoke yang sama. Dua duanya punya pengalaman menarik mengapa mereka bisa umroh.

Pemuda pertama bernama Cecep, hidup dalam keluarga yang tak harmonis. Dia sendiri menyebut kehidupan keluarga ibu dan bapaknya adala sebuah tragedi. Bapaknya menduakan ibunya dan lebih memilih seorang wanita non muslim. Ibunya tak menerima dan meminta cerai. Dari pernikahan bapaknya Cecep punya dua orang adik. Sayang hubungan Cecep dengan keluarga baru bapaknya tak begitu baik ketika ibu bapaknya memutuskan bercerai. Ibunya memutuskan untuk pindah ke Banjaran. Di sana ibunya memulai hidup dari awal dan bekerja keras membanting tulang.

Dari kehidupan yang tak begitu membahagiakan membuat Cecep seperti kehilangan pegangan. Hidupnya dipenuhi dengan hura-hura, nongkrong dan mabuk-mabukan. terlebih setelah dia bekerja di karaoke. Makin menjadilah ulahnya. 

Bertahun-tahun lamanya hidup seperti itu membosankan dirinya. Mulailah dia bertekad memperbaiki dirinya. Namun halangan besar datang dari teman-temannya yang selalu mengajak mabuk. Dia akhirnya mencari alasan. Kepada teman-temannya Cecep selalu mengaku lagi puasa kala diajak mabuk. Untuk sementara langkahnya berhasil. Namun toh tak akan bisa selalu puasa. Saat tak sedang puasa, dia masih terbawa oleh ajakan teman-temannya. Namun hatinya memberontak. Antara keinginan memperbaiki diri dengan mengikuti ajakan teman-temannya.

Cecep mencoba terus bertahan dan berdoa agar diberi pertolongan oleh Allah, Rabbul Izzah. Saat itu dari kantor sudah ada rumor akan ada dua karyawan yang akan diberangkatkan umroh berdasar undian. Seperti orang lain, Cecep tentu saja berharap bisa umroh walau pesimis bahwa orang sekotor dirinya akan bisa mendapat undangan dari Nabi terkasih berziarah kepadanya dan mengunjungi baitullah. Di selipan keraguannya, Cecep sempat bernazar akan berpuasa selama di Madinah dan Mekah jika bisa mendapatkan undian itu.

Nazarnya terdengar sampai ke arasy Ilahi. Undian pertama jatuh atas namanya. Udangan lainnya jatuh pada temannya bernama Adrian. Sungguh dia tak bisa mempercayainya. Tuhan Mengundangnya? Ya, rupanya Tuhan menginginkan agar Cecep menggenapkan nazarnya. Dia mengundangnya untuk berziarah kepada Rasulullah dan Baitullah. Selama di Madinah dan Mekah, Cecep selalu puasa menepati janji yang dia buat kepada Allah. 

Suatu pagi di Mekah, dia berkata, "saya sudah mantap untuk terus menjadi baik" lalu dia bercerita perjalanan mendaki Gunung Cahaya. "Di Gua Hira Jabal Nur tempat Rasulullah menyepi saya mendapat sesuatu yang saya cari" katanya. "Dapat apa?" tanya saya. "Selain ketenangan, saya mendapat sesuatu yang hanya akan menjadi milik saya" katanya enggan bercerita. ". "dapat apa sih?" desakku. "Ndak akan saya ceritakan" katanya. "Biar jadi pengalaman batin saya saja. Pokoknya saya sudah mantap". Saya tak berusaha mengejarnya. 










0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About