Ummu Dawud adalah Fatimah puteri
Abdillah bin Ibrahim, saat itu usianya sangat tua. Ummu Dawud berkata: Abu
Ad-Dawaniq telah membunuh Abdullah bin Hasan, yang sebelumnya ia juga membunuh
kedua putera Abdullah yaitu Muhammad dan Ibrahim. Kemudian ia menangkap anakku
Dawud bin Al-Husein di Madinah, bersama anak pamannya Al-Husein. Ia mengikatnya
dengan rantai besi, lalu membawanya ke Irak.
Sejak saat itu aku tidak pernah
lagi melihat anakku dan tidak pernah mendengar beritanya, ia dipenjara di Irak.
Aku sangat sedih, aku hanya bisa memohon kepada Allah dan merendahkan diri di
hadapan-Nya. Aku memohon kepada Allah swt agar anakku segera dibebaskan dari
penjara. Aku juga minta tolong kepada saudara-saudaraku yang zuhud dan ahli
ibadah untuk memohonkan kepada Allah agar aku segera dipertemukan dengan anakku
sebelum kematian menjemputku. Mereka telah berusaha dengan sungguh-sungguh
melakukan harapanku.
Beberapa hari berikutnya aku
mendengar berita bahwa anakku dibunuh. Sebagian orang memberitakan bahwa anakku
dan anak pamannya akan digantung tiang gantungan. Aku sangat sedih, semakin
hari semakin kurasakan besar musibahku. Aku merasa bahwa doaku tidak diijabah
dan permohonanku tidak diperkenankan. Hatiku terasa sempit, umurku semakin tua,
tulangku semakin ringkih, hampir-hampir aku merasa putus asa karena anakku,
lemahnya tubuhku dan menuanya umurku.
Pada suatu hari aku mendatangi
Abu Abdillah Ja’far bin Muhammad Ash-Shadiq (sa). Saat itu beliau sedang sakit.
Setelah bertanya keadaannya dan mendoakannya, aku minta izin untuk pulang. Saat
aku mau pulang beliau bertanya: “Wahai Ummu Dawud, bagaimana berita tentang
Dawud, engkau telah menyusuiku bersamanya.” Maksudnya beliau saudara sesusu
dengannya.
Mendengar pertanyaan dan
pernyataannya aku menangis sambil berkata: Jadikan aku tebusanmu, Dawud
dipenjara di Irak. Sejak itu aku tidak mendengar lagi beritanya, aku hampir
putus asa. Aku ingin sekali berjumpa dengannya. Aku sangat merindukannya. Aku
mohon engkau mendoakannya karena dia adalah saudaramu yang sesusu.
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa)
berkata: Wahai Ummu Dawud, tahukah kamu tentang doa Istiftah, doa mustajabah,
doa keselamatan. Dengan doa ini Allah Azza wa Jalla membukan pintu-pintu
langit, para malaikat akan hadir untuk menyampaikan kabar gembira tentang
ijabahnya doa. Inilah doa yang mustajabah, doa yang tak ada hijab dengan Allah
azza wa jalla, orang yang membacanya akan mendapatkan pahala surga.
Fatimah (Ummu Dawud) bertanya:
Wahai putera orang-orang suci, bagaimana cara aku mengamalkannya?
Beliau berkata: Wahai Ummu Dawud,
sebentar lagi kita akan memasuki bulan yang mulia yaitu bulan Rajab, bulan yang
penuh berkah, bulan yang besar kemuliaannya, di dalamnya doa didengar oleh
Allah swt. Berpuasalah selama tiga hari di dalamnya, hari ke 13, 14, dan 15;
inilah hari-hari biydh (purnama). Kemudian lakukan mandi sunnah pada hari
Nishfu ketika matahari tergelincir; lalu lakukan shalat sunnah Zawal delapan
rakaat (setiap dua rakaat salam) secara khusuk, sempurnakan rukuk dan sujudnya
serta qunutnya. Pada rakaat pertama sesudah Fatihah membaca surat Al-Kafirun,
rakaat kedua sesudah Fatihah membaca surat Al-Ikhlash (6 kali), pada rakaat
berikutnya baca surat-surat pendek sesuai dengan yang kamu kehendaki.
Selanjutnya lakukan shalat Zuhur, kemudian lakukan lagi shalat sunnah delapan
rakaat, sempurnakan rukuk dan sujudnya serta qunutnya. Lakukan shalat ini
di rumah yang bersih dan tempat yang bersih, pakailah wangi-wangian, karena
para malaikat menyukainya.Usahakan tidak ada seorangpun memasukinya dan ngajak
bicara denganmu, atau sisa waktunya isi dengan zikir dan amalan sunnah. Jika
perlu catatlah amalan dan doa ini. Sesudah membaca doa ini, sujudlah sambil
membaca doa: Allahumma laka sajadtu ..(selengkapnya doa ini ada di bagian akhir
doa Ummu Dawud).
Usahakan matamu ikut bertasbih
dengan tetesan air matamu. Karena hal itu menjadi tanda ijabahnya doa, terbukanya
hati dan tercurahnya ibrah (pelajaran). Jagalah baik-baik apa yang telah aku
ajarkan padamu, hati-hati jangan sampai jatuh pada tangan orang lain yang akan
memanfaat doa ini untuk tujuan yang tidak benar. Karena doa ini adalah doa yang
mulia, di dalamnya terdapat nama yang paling agung, yang jika berdoa dengannya,
Allah akan mengijabah doanya dan memberi apa yang dimohonnya sekalipun langit
dan bumi telah melebur, semua lautan telah menyatu dengan yang lain. Semuanya
akan berada di antara kamu dan hajatmu. Dengan doa ini Allah azza wa jalla akan
memberi kemudahan padamu untuk mencapai apa yang kamu inginkan, memberimu apa
yang kamu harapkan, menunaikan hajatmu, dan menyampaikan kamu apa keinginanmu.
Siapa saja, laki maupun perempuan, yang berdoa dengan doa ini ia akan diijabah
doanya oleh Allah swt. Sekiranya semua jin dan manusia memusuhi anakmu, niscaya
Allah melindungimu dari bahaya mereka, menjagamu dari kejahatan lisan mereka,
dan menghinakan kuduk mereka, insya Allah.
Ummu Dawud berkata: Setelah aku
mencatatnya aku pulang ke rumah. Ketika memasuki bulan Rajab, aku menunggu
hari-hari itu. Aku berpuasa dan berdoa sebagaimana yang beliau perintahkan
padaku. Sesudah melakukan shalat Maghrib dan Isya’, dan sesudah berbuka puasa,
aku melakukan shalat-shalat sunnah sehingga larut malam. Lalu aku tidur. Dalam
tidurku aku mimpi bershalawat kepada para malaikat, para nabi, para syuhada’,
para abdal dan hamba-hamba Allah yang shaleh, dan aku bermimpi berjumpa dengan
Rasulullah saw. Dalam mimpiku beliau berkata padaku: “Wahai puteriku, wahai
Ummu Dawud, berbahagialah! Semua yang kamu inginkan agar saudara-saudaramu
menjadi penolongmu dan pemberi syafaat untukmu, permohonan ampunan bagimu,
semuanya membahagiakanmu, hajatmu telah tercapai. Berbahagialah dengan ampunan
Allah dan ridha-Nya, kamu telah dibalas dengan kebaikan. Berbahagialah! Allah
telah menjaga anakmu dan akan mengembalikannya padamu, insya Allah.”
Kemudian aku terbangun dari
tidurku. Demi Allah, tidak lama kemudian nampaklah dari kejauhan seorang
pengendara yang berlari kencang dari arah Irak. Setelah mendekat padaku
ternyata dia adalah anakku Dawud.
Ia berkata padaku: Wahai ibuku,
aku dipenjara di Irak dalam ruangan penjara yang sangat sempit. Aku tak punya
harapan untuk dilepaskan dari penjara. Ketika tidur di malam nishfu Rajab aku
bermimpi, melihat dunia merendah padaku sehingga aku melihatmu sedang melakukan
shalat di sajadahmu dikelilingi oleh para tokoh, kepala mereka di langit dan
kaki mereka di bumi. Mereka berpakaian warna hijau, mereka bertasbih di
sekitarmu. Salah seorang dari mereka berwajah tampan seperti indahnya wajah
Nabi saw, pakaiannya bersih, baunya harum, ucapannya lembut, beliau berkata
padaku: Wahai putera seorang ibu yang sudah tua dan shalehah, berbahagialah!
Doa ibumu telah diijabah oleh Allah azza wa jalla. Lalu aku terbangun. Tak lama
kemudian di malam itu juga seorang utusan Abu Ad-Dawaniq mendatangiku, ia
memerintahkan agar melepaskan rantai besiku, ia bersikap baik padaku, ia juga
memerintahkan agar memberiku uang sepuluh ribu dirham, dan mengantarkan aku
pada seorang yang mulia dan mempercepat perjalanannya. Sehingga sampailah aku
di Madinah.
Ummu Dawud berkata: Aku segera
membawa anakku ke rumah Abu Abdillah Ja’far Ash-Shadiq (sa). Setelah kuucapkan
salam padanya aku ceriterakan tentang anakku. Kemudian beliau berkata: “Abu
Ad-Dawaniq bermimpi Ali bin Abi Thalib (sa) berkata padanya: ‘Lepaskan cucuku;
jika tidak, kamu akan dicampakkan ke neraka’. Dalam mimpinya ia melihat seakan
di bawah kaki ada bara api, lalu ia terbangun dan terjatuh. Karena itulah ia
membebaskanmu dari penjara.” (Fadhail Al-Asyhur Ats-Tsalatsah: 33-36)
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu