05 Februari 2015

Ke Takabonerate Bersama Lomba Blog Pegi-pegi

Pantai jernih membiru ini yang selalu membuat kangen Takabonerate
"Tunggu sampai matahari menyinari semua lansekap pulau Tinabo. Seketika matahari menyinarinya, pantai pasir putih yang elok, dibelai oleh perairan pantai yang jernih membiru. Pesonanya akan membius beberapa hari." Itu tulisan saya di sebuah lomba. Saya memang tidak menang dalam blog kompetisi itu, namun saya berhasil menjejakan kaki di pantai pasir putih dengan perairan pantai yang jernih membiru pada 24 November 2014. 

Cuma sehari saya di sana dan pesonanya masih membius hingga saat saya menulis artikel ini. Sehari di Takabonerate tak cukup untuk menjelajahi spot-spot pentingnya.Saya kembali bermimpi mengunjungi Takabonerate lagi dan mengeksplorasi keindahan alam salah satu karang atol terbesar di dunia.

Perjalanan cukup jauh dan memakan waktu pasti akan terbayar dengan keindahan Takabonerate. Jika kita berangkat dari Pelabuhan Patumbukan Selayar, dibutuhkan waktu 6 jam untuk sampai ke Takabonerate. 

Untuk mencapai Takabonerate ada beberapa jalan. Udara dan darat. Jalan darat memerlukan waktu seharian. Berangkat jam 8 pagi dari Makasar menuju Tanjung Bira, kemudian menggunakan ferry ke pelabuhan Pamatata Selayar dan dilanjutkan perjalanan menuju Benteng Selayar. Biasanya magrib baru sampai hotel.

Ada juga jalur udara. Menggunakan pesawat hanya butuh waktu 20 menit saja. Lebih lama waktu cek in nya ketimbang penerbangannya. Pesawat akan mengantarkan kita dari Bandara Hasanuddin ke Bandara H. Arroepalla di Selayar. Dengan menggunakan pesawat akan lebih banyak tempat wisata dikunjungi.

Sebetulnya ada bandara udara baru yang sedang dibangun di kawasan Takabonerate yaitu di Pulau Kayu Adi. Entah kapan bandara itu selesai. Jika satu saat pesawat bisa mendarat di Kayu Adi maka perjalanan ke Takabonerate akan lebih singkat. 

Masalahnya, untuk ke Takabonerate memang tak begitu mudah. tidak adanya jalur transportasi yang  pasti membuat perjanalan ke Takabonerate terbilang mahal. Untuk sewa kapalnya saja ke lokasi perlu 4 juta rupiah. Belum dari Tinabo ke tempat-tempat tujuan wisatanya. Tinabo merupakan base camp untuk menjelajahi keindahan Takabonerate. Di pulau ini tidak tersedia hotel, yang ada penginapan semacam villa. Bagi saya sangat cukup untuk menginap beberapa malam.

Kalau sudah sampai Tinabo, maka segala keletihan dalam perjalanan akan hilang. Kita bisa mengekplorasi keunikan Tinabo dan sekitarnya. Ada kegiatan menantang menanti kita, berenang bersama hiu-hiu. Berani?

Setiap hari kita akan melihat hiu-hiu berkeliaran di sekitar penginapan. Hiu ini banyak hidup di perairan Tinabo. Uniknya mereka berseliweran di depan penginapan kita. Memang tak berbahaya, tapi tetap saja menggetarkan lutut. 

Diving dan snorkeling di SUMUR IKAN adalah kegiatan yang tak boleh dilewatkan. Tempat itu semacam ceruk besar yang dihuni ratusan jenis ikan warna-warni. Dijamin tak mau pulang setelah sampai di tempat itu. 
 
LANTIGIAN, pulau kosong nan eksotis. Mau sekedar main dan berfoto ria di pasir putihnya atau snorkeling saja silahkan. Mau diving lagi? Di sini ada spot unik lho. Lantigiang Wall dive Spot yang menjadi favorit para penyelam.

Selain kegiatan diving, snorkeling dan kayaking, kita juga bisa ikut menanam pohon di sekitar penginapan. Soalnya pulau kecil ini memang sangat rentan dengan abrasi. Dengan ikut menanam pohon maka kita ikut membantu keberadaan pulau cantik ini.

Resor Tinabo
Transplantasi karang dan pelepasan tukik penyu juga bisa dilakukan. Beberapa kawasan di Takabonerate memang dijadikan tempat untuk menanam kembali karang-karang laut. Sebagaimana kita ketahui, karang-karang itu merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan. Jika karang tidak ada, maka ikan-ikan akan pergi. Kalau sudah tidak ada karang dan ikan lagi laut menjadi tak menarik.

Memang, mengekplorasi Taman Latu Takabonerate yang mempunyai luas hampir 600 ribu ha tidaklah cukup sehari dua hari. Kita hanya mengunjungi beberapa spotnya saja dan itupun perlu berhari-hari kalau dihitung dengan perjalanan awalnya. Yang jelas, karena kegembiraan mengeksplorasi Takabonerate membuat waktu serasa cepat berlalu dan tiba-tiba kita harus kembali ke Pulau Selayar.

Di Pulau Selayar, waktu yang kita miliki bisa dipergunakan untuk mengunjungi Kampung Panyyu tempat perlindungan penyu-penyu atau memberikan pelatihan blog dan ecotourisme kepada pelajar SMP dan SMA yang saya bina di Pulau itu. Kebetulan saya mendirikan sekolah di Pulau itu. Jadi kegiatan wisata bisa dipadu dengan pelatihan dan kampanye ecotourisme.


Memberi makan ikan hiu

Sotong nan merdeka di Tibao

Black tip shark di Tinabo




Posting lain :  


0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About