“Umatku akan berkelompok-kelompok hingga menjadi tujuh puluh tiga kelompok, yang selamat diantara mereka satu kelompok dan sisanya binasa. `Siapakah yang satu itu? tanya seseorang. Beliau menjawab :`Ahl as-Sunnah wa al-jama`ah.
Pernah dengar hadis itu? hadis itu begitu penting untuk menjadi senjata menyalahkan bahkan mengkafirkan kelompok lain.Betulkah pemaknaannya sangat sempit dan menunjuk pada satu golongan tertentu yang sekarang -atau dulu- pernah ada? ada baiknya kita membaca penjelasan Muhammad Abduh yang pendapatnya dinukil dalam Tafsir Al Manar.
Ketika membacakan Q.S al-An`am [6]:159. Penyusun mengutip pendapat M. Abduh. Menurut Abduh, tidak dapat disangkal bahwa ummat Nabi Muhammad saw telah berkelompok-kelompok. Tidak jadi soal apakah jumlahnya sudah mencapai 73 kelompok atau belum. Tidak diragukan juga bahwa yang selamat diantara mereka hanya satu kelompok, yakni yang sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabat beliau. menentukan kelompok yang selamat ini tidaklah mudah. Seseorang bisa saja mengatakan bahwa kelompok yang satu itu sudah pernah ada, tetapi kini telah punah, sehinngga semua kelompok yang kini ada tidak akan selamat. Bisa juga dikatakan bahwa kelompok-kelompok itu belum mencapai 73 kelompok karena yang ada sekarang walau banyak dapat digabung hanya dalam beberapa kelompok, dan bisa juga dikatakan bahwa yang satu yang selamat itu belum lagi hadir hingga kini. Bisa juga semua yang ada hingga kini selamat,karena walaupun kelihatannya mereka berkelompok-kelompok, tetapi pada hakikatnya mereka semua semua sama, karena semua menganut prinsip-prinsip dasar yang diajarkan Nabi Muhammad saw, seperti keesaan Allah, kenabian, dan keniscayaan Hari Kemudian. Apa yang mereka perselisihkan adalah berkaitan dengan furu'iyyah. Seandainya jelas dan pasti, tentu mereka tidak akan berselisih karena semua mempercayai keesaan Allah dan kenabian Muhammad saw.
Penjelasan yang sangat menarik dari penyusun tafsir Al Manar. Sayang sekali pendapat seperti ini sering kali hilang ditelan gegap gempita sektarianisme.
di sisi lain ternyata terdapat riwayat yang justru bertolak belakang dengan riwayat pertama dan riwayat ini jarang dipakai. Riwayat itu mengatakan
“Umatku akan berkelompok-kelompok hingga mencapai tujuh puluh sekian kelompok. Sermuanya masuk ke surga kecuali satu kelompok."
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibn an-Najjar dan dinilai shahih oleh pakar hadits, al-Hakim. Dalam riwayat ad-Dailami, “Yang binasa dari kelompok-kelompok itu hanya satu.” Sedang dalam Hamisy (catatan pinggir) kitab al-Mizan (karya Imam asy-Sya`rani, [w.973H/1565M]) tercantum riwayat melalui sahabat Nabi, Anas ra., bahwa Nabi bersabda :
“Umatku akan berpecah belah menjadi tujuh puluh sekian kelompok, semuanya di surga kecuali az-Zanadiqah.”
jika memang semua masuk surga, mari jadikan perbedaan itu sebagai khazanah kekayaan ummat. Perbedaan harus ditoleransi apalagi ia dapat menjadi sumber kekayaan intelektual serta jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi . keragaman dan perbedaan dapat menjadi rahmat selama dialog dan syarat-syaratnya terpenuhi. Karena itu, perbedaan tidak otomatis menjadi buruk atau bencana, sebagaimana tidak juga ia selalu baik dan bermanfaat. Ia menjadi bencana jika perbedaan mengarah untuk menjadi perselisihan sambil masing-masing menganggap diri atau kelompoknya memonopoli kebenaran sedang ang lain selalu salah.
Lampu dari tanah ini berbeda dengan sumbu itu,
tetapi cahaya mereka tidak berbeda: ia dari Alam Sana.
Jika engkau terus memandang kaca lampu, engkau akan bingung,
karena dari kaca muncullah sejumlah keragaman.
Tetapi jika pandanganmu tetap kepada Cahaya,
engkau akan terbebas dari keragaman
dan bermacam-macamnya bentuk yang terbatas. (Rumi)
-Oleh-oleh Kajian Dinamika Perbandingan Madzhab yang dilaksanakan pada hari Sabtu 14 Mei 2011 di Mesjid Raya Bandung. Narasumber ahli : KH. Drs. Muchtar Adam-
hidup Muhsin (Majelis Ukhuwah Sunni-Syiah Indonesia) .....!!!
BalasHapus* kang klo ada makalahnya, boleh donk dikirim *
harus nyari juga atuh ya... tapi mengapa ya, hadits hadits perpecahan ;ebih sering dikumandangkan dibanding hadits semacam ini? seakan perpecahan adalah takdir yang tak dapat diubah.
BalasHapus