Buku berjudul Mengenal dan Mewaspadai
Penyimpangan Syiah di Indonesia (MMPSI) yang konon merupakan suara resmi MUI
adalah buku kecil dengan dampak sistemik yang sangat besar. Disebut konon
karena sampai saat ini pihak MUI secara resmi tidak pernah mengakui dan tidak
pernah menolak. Disebut berdampak sistemik karena sejak dikeluarkannya, maka
berjamuranlah diskusi-diskusi (atau diskusi-diskusian) untuk membedah buku itu.
Sayangnya kebanyakan diskusi itu hanya bertujuan untuk mempersekusi madzhab
Syiah (makanya saya sebut diskusi-diskusian). Tak banyak bedah buku MMPS yang
menghadirkan narasumber kalangan tertuduh. Maka ketika terbit buku menjawab
buku MMPS itu, saya senang sekali. Setidaknya kita akan mendapatkan tanggapan
dan persepsi dari pihak Syiah.
Buku Inilah Jalanku yang Lurus (IJyL) ditulis
oleh Emilia Renita AZ (ERAZ) adalah klarifikasi atas tuduhan-tuduhan yang
ditimpakan kepada Syiah. Seperti diketahui bahwa selain menerbitkan buku MMPS,
MUI telah lebih dulu membuat 10 kriteria aliran sesat yang sering dijadikan
senjata untuk menyerang kelompok lain. Padahal secara nyata 10 kriteria itu
sendiri sangat mentah dan masih memerlukan penafsiran-penafsiran detil yang tak
mudah. Jika tak dibarengi dengan penafsiran yang detil, maka akan muncul
penghakiman sepihak seperti yang terjadi terhadap Syiah.
Dengan taktis buku ini menangkis fitnahan-fitnahan
terhadap Syiah. Alur logikanya mengalir dengan lembut tanpa menghilangkan
ketegasannya. Adanya snapshot memudahkan pembaca untuk melihat teks dari buku
aslinya. Secara keseluruhan buku ini cukup renyah untuk dibaca, namun tetap tak
bisa ditelan secara langsung. Pergumulan idenya harus dikunyah pelan-pelan,
kemudian dicerna dengan mendalam dengan nalar yang sehat dan jauh dari
prasangka.
Dari segi isi buku ini memang bukanlah baru.
Sudah banyak buku sejenis menjawab syubhat terhadap syiah yang itu-itu saja
sejak dulu. Makanya saya bisa membacanya dengan cepat. Syubhat tentang syiah
memang hanya itu-itu saja, tak mengalami pergeseran mungkin itu sebabnya Syekh
Jawad Mughniyah mengatakan, “Di dunia ini semua hal berubah kecuali kecaman
terhadap Syiah. Semua ada ujungnya kecuali fitnah terhadap Syiah. Semua vonis
harus berdasarkan bukti kecuali terhadap Syiah“.
Yang membuat istimewa, bukan hanya mengklarifikasi
pandangan Syiah, buku ini bahkan bisa balik menampar MUI (dan menyentil
Muhammadiyah). Dengan menggunakan 10 kriteria karet untuk mengidentifikasi
golongan sesat, dengan telak buku IJyL yang katanya ditulis hanya tiga pekan, menunjukan
bahwa MUI sendiri telah memenuhi 10 kriteria kesesatan. Nah lo…
Misalnya ketika membahas formula
rukun iman dan Islam, ERAZ menyebutkan bahwa rukun Iman dan rukun Islam yang dikenal
sekarang ini adalah hasil perumusan para ulama. Rasulullah sendiri tidak
menentukan bahwa rukun iman dan islam itu mesti seperti yang dikenal sekarang. Formula
rukun iman dan islam bersumber dari hadis ‘Umar bin Khattab. Sementara itu dari
para sahabat lainnya, kita menyaksikan rukun-rukun Islam lainnya, selain yang
lima tersebut, seperti termaktub dalam kitab-kitab hadis shahih. Bahkan pada
awalnya, Nabi saw menyebutkan rukun Islam sebagai tanda-tanda keimanan. Setelah
itu, para ulama mutakhir juga menambahkan dan mengurangi rukun Iman dan rukun
Islam tadi. Mereka memasukkan jihad, amar makruf nahi munkar dan silaturahim ke
dalamnya. Oleh karena itu jika ada perbedaan formulasi rukun iman dan islam
tidak mesti menjadi kelompok sesat dan kafir.
Jika berbeda rukun iman dan rukun
islam itu diartikan mengingkari rukun Iman dan rukun Islam seperti dirumuskan
oleh penulis buku Panduan, maka sesatlah aliran yang dianut oleh al-Bukhari,
Muslim, dari ulama salaf, dan juga Al-Syaikh Yahya bin ‘Abd al-Rahman, Profesor
Sa’d bin Turki Al-Khatslan, ‘Abd al-Aziz bin ‘Abdillah bin Baz dan ulama khalaf
lainnya. (hal 17-9).
Sementara itu mengenai kemaksuman
para nabi, ERAZ dalam bukunya menjelaskan posisinya dan perbedaannya dengan
yang diyakini oleh Muhammadiyah,
Pada Bab Jawaban untuk
Muhammadiyah ERAZ menulis, Muhammadiyah meyakini Nabi Muhammad saw maksum,
begitu juga Syiah. Bedanya, Syiah menganggap maksum dalam segala hal,
Muhammadiyah tidak. Hal itu juga sekalian menjawab tudingan bahwa nabi Syiah
berbeda dengan nabinya Sunni. Ya memang beda, beda sudut pandang saja.
Sebagai contoh, dalam kitab-kitab
rujukan Muhammadiyah, seperti al-Bukhari 4484,dengan penjelasan dalam kitab-kitab
tafsir, ada riwayat tentang Nabi saw yang mengikuti setan dan memasukkan
ayat-ayat setan ke dalam al-Quran.
Dalam Shahih Bukhari juga
dikisahkan dosa para Nabi alaihim al-salam. Ibrahim as berdusta tiga kali, dua
karena Allah, satu karena selain Allah (Shahih Bukhari, hadis 3108,); Musa
menonjok mata Malakal Maut sampai copot, karena Musa tidak mau mati (Shahih
Bukhari3155); Musa memarahi batu karena membawa lari bajunya dan memukulnya
tiga, empat, atau lima kali (Shahih Bukhari269); Sulaiman melakukan hubungan
seksual dengan 70 orang perempuan dalam satu malam dengan mengabaikan nama
Allah swt, sehingga hanya lahir seorang anak yang cacat (Shahih Bukhari 3171);
Nabi Muhammad saw melaknat orang Islam yang tidak layak untuk dilaknat (Shahih
Bukhari5884, Muslim 4705-4711)
Karena Muhammadiyah menerima
kesahihan Bukhari tanpa syarat, pastilah Muhammadiyah tidak menganggap Nabi saw
maksum, atau maksumnya sebagian saja, atau bagaimana? Hanya Muhammadiyah yang
tahu. Adapun Syiah karena yakin bahwa semua Nabi maksum, Syiah segera menolak
hadis-hadis tentang “Nabi bersalah atau lupa” tanpa syarat ! Sesatkah orang
yang mengimani kemaksuman Nabi saw secara mutlak? Gugat ERAZ.
Apa yang dituduhkan oknum MUI di buku MMPS dan
rumusan Muhammadiyah dapat dijawab dan dipertanggung jawabkan dengan taktis. Buku
ini memang ditulis untuk menjawab buku dan rumusan yang dikeluarkan dua lembaga
tersebut. jika akhirnya, seperti ditulis di buku
IJyL “A Votre chose, a votre guise,” semua tergantung pada pilihannya dan
setiap pilihan harus bisa dipertanggung jawabkan, maka menurut saya setiap
pilihan mesti didialogkan dengan adil.
MUI yang mempunyai visi sebagai wadah silaturahim yang menggalang ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah insaniyyah, demi untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang harmonis, aman, damai, dan sejahtera dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia mempunyai tugas mulia untuk mendamaikan dan meredam benih
perpecahan bukan malah menjadi biang keladi permusuhan (karena ulah oknum yang
hanya beberapa gelintir saja).
Muhammadiyah
sebagai ormas besar di Indonesia kiranya bisa menjadi jangkar yang kokoh dalam
menjaga persatuan Islam dan kaum muslimin dari upaya-upaya adu domba dan
politik injak bambu. Mengangkat satu kelompok tapi menginjak kelompok yang
lain.
Syiah –sebagaimana Sunni- yang diakui sebagai
salah satu madzhab dalam Islam, telah memberikan sumbangan yang besar bagi
perkembangan Islam di dunia juga bisa menjadi poin penting menuju persatuan
ummat.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu