Suatu hari Sokrates melihat seorang pria dengan wajah penuh amarah. Sokrates lalu bertanya padanya tentang penyebab amarahnya. Kemudian pria tersebut menjawab,
"ketika ditengah perjalanan, saya menjumpai salah seorang kawan, saya mengucapkan salam padanya namun ia tak menjawabnya, bahkan dengan
angkuhnya ia pergi begitu saja tanpa peduli sama sekali, hal inilah yang membuat saya marah". Sokrates kembali bertanya, "mengapa anda mesti bersedih". Pria tadi menjawab dengan penuh takjub, "Ya jelas dong, tingkah kawan seperti itu
tentu menyakitkan". Sokrates kembali bertanya, " jika ditengah perjalanan anda melihat seseorang yang jatuh, akhirnya
terluka, dan kemudian ia merasa
kesakitan karena lukanya. Apakah badan anda juga ikut sakit dengan melihat kejadian itu ? " Pria tersebut menjawab, "jelas tidaklah, saya tak kan pernah merasakan sakit sebagaimana orang yang jatuh tersebut yang merintih kesakitan karena lukanya" Sokrates bertanya lagi, "lalu bagaimana perasaanmu melihat orang
tersebut dan tindakan apa yang akan kamu lakukan?"
Pria tadi menjawab, "saya merasa sedih dan saya akan membawanya kepada seorang tabib atau memberinya obat"
Kemudian Sokrates menjawab, "anda tahu mengapa anda melakukan hal tersebut ? Dikarenakan anda melihat
orang tersebut sebagai orang sakit. Nah, apakah manusia hanya badannya yang sakit ? Dan bukankah seseorang yang perbuatannya tidak benar
menunjukkan bahwa jiwanya sakit ? Jika pikiran dan jiwa seseorang itu sehat, apa mungkin akan melakukan perbuatan yang buruk ? Sakit pikiran dan jiwa namanya adalah 'kelalaian'.
Dan seharusnya kita tak perlu ikut sakit hati kepadanya, namun yang mesti kita lakukan adalah menolongnya dan membawanya kepada tabib ruhani. Karena itu jangan pernah sakit hati
pada orang yang jiwa dan pikirannya sakit. Jangan pernah kehilangan kesadaran dan ketenangan jiwa. Siapa saja yang sakit hati pada orang yang jiwa dan pikirannya sakit, pada saat itu ia pun tergolang sakit...
"ketika ditengah perjalanan, saya menjumpai salah seorang kawan, saya mengucapkan salam padanya namun ia tak menjawabnya, bahkan dengan
angkuhnya ia pergi begitu saja tanpa peduli sama sekali, hal inilah yang membuat saya marah". Sokrates kembali bertanya, "mengapa anda mesti bersedih". Pria tadi menjawab dengan penuh takjub, "Ya jelas dong, tingkah kawan seperti itu
tentu menyakitkan". Sokrates kembali bertanya, " jika ditengah perjalanan anda melihat seseorang yang jatuh, akhirnya
terluka, dan kemudian ia merasa
kesakitan karena lukanya. Apakah badan anda juga ikut sakit dengan melihat kejadian itu ? " Pria tersebut menjawab, "jelas tidaklah, saya tak kan pernah merasakan sakit sebagaimana orang yang jatuh tersebut yang merintih kesakitan karena lukanya" Sokrates bertanya lagi, "lalu bagaimana perasaanmu melihat orang
tersebut dan tindakan apa yang akan kamu lakukan?"
Pria tadi menjawab, "saya merasa sedih dan saya akan membawanya kepada seorang tabib atau memberinya obat"
Kemudian Sokrates menjawab, "anda tahu mengapa anda melakukan hal tersebut ? Dikarenakan anda melihat
orang tersebut sebagai orang sakit. Nah, apakah manusia hanya badannya yang sakit ? Dan bukankah seseorang yang perbuatannya tidak benar
menunjukkan bahwa jiwanya sakit ? Jika pikiran dan jiwa seseorang itu sehat, apa mungkin akan melakukan perbuatan yang buruk ? Sakit pikiran dan jiwa namanya adalah 'kelalaian'.
Dan seharusnya kita tak perlu ikut sakit hati kepadanya, namun yang mesti kita lakukan adalah menolongnya dan membawanya kepada tabib ruhani. Karena itu jangan pernah sakit hati
pada orang yang jiwa dan pikirannya sakit. Jangan pernah kehilangan kesadaran dan ketenangan jiwa. Siapa saja yang sakit hati pada orang yang jiwa dan pikirannya sakit, pada saat itu ia pun tergolang sakit...
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu