01 November 2012

Dan Setelah Haji, Sang Rasul Melantik Ali


Ghadir Khum bukanlah tempat yang nyaman untuk berhenti karena tidak ada tempat berteduh dan tidak ada mata air. Apalagi di udara siang padang pasir yang panas. Namun ada ayat penting yang harus segera disampaikan dan tidak bisa menunda waktu lagi. Maka Saat itu Rasulullah saw menyuruh orang yang sudah berada di depannya untuk kembali ke tempat Rasul berada, demikian juga yang masih ketinggalan di barisan belakang. Tempat yang tak nyaman tak jadi soal, yang penting pesan ilahiah disampaikan.


Ayat yang turun pada Rasul mengatakan “Wahai Rasul, sampaikan apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukan berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya. Allah menjagamu dari bahaya manusia, sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Al Maidah : 67). artinya pesan penting itu harus segera disampaikan dan kalau tidak disampaikan maka dakwah yang dilakukan berpuluh tahun seakan sia-sia.

Adalah Hassan bin Tsabit, salah seorang sahabat Nabi dan seorang penyair yang banyak memotret kejadian-kejadian penting dalam bentuk syair. Ketika Rasul mengumpulkan para sahabat di Ghadir Khum, dia juga hadir bersama rombongan yang lain. Dia melihat bagaimana kaum muslimin saat itu berdesak-desakan di sekitar Nabi sehingga Rasul harus menenangkan mereka.

Setelah para sahabat berkumpul. Di siang tanggal 18 Dzulhijjah yang menyengat, beliau mengucapkan “Alhamdulillah” memuji Allah dan menyampaikan khutbahnya.

“Wahai manusia, hampir tiba saatnya aku dipanggil dan aku pasti akan memenuhi panggilan itu dan aku akan dimintai pertanggunjawaban, maka apa yang kamu katakan?” itulah pembukaan khutbah perpisahan Nabi.

Kaum muslimin yang hadir pada saat itu mengatakan, “Kami bersaksi bahwa engkau telah menyampaikan dan memberi nasihat dengan tulus. Semoga Allah memberi balasan kepadamu yang sebaik-baiknya”

Pada setiap penekanan yang diberikan Rasulullah, kaum muslimin yang hadir bersaksi. “kami bersaksi seperti yang kau sampaikan”

Setiap itu pula Rasul mengatakan. “Ya Allah, saksikanlah! Apakah kamu mendengarkan?” mereka menjawab, “Benar”.

Dalam rangkaian khutbah perpisahannya Rasul mengatakan, “ Aku akan bertanya kepadamu tentang dua hal yang berat dan berharga Ats Tsaqalayn., bagaimana kamu memperlakukannya sepeninggalku. Yang satu adalah yang terbesar, yaitu kitab Allah azza wajalla dan yang lain adalah itrahku, ahlulbaitku. Keduanya tak akan berpisah sampai menemuiku di haudh.

Hassan termangu dan mengangguk-anggukan kepalanya.

Kemudian Rasul mengatakan, “tidakkah kalian mengetahui atau menyaksikan bahwa aku adalah yang paling utama menjadi wali bagi setiap kaum mukmin lebih dari diri mereka sendiri?!”

Bersama dengan hadirin yang lain Hassan menjawab, “ Benar”

Lalu Rasulullah memegang dan mengangkat tangan Ali bin Abi Thalib dengan kedua tangannya sehingga hadirin dapat melihat ketiaknya.
Rasul kemudian bersabda, “wahai manusia sekalian! Allah adalah maulaku, dan aku adalah maulakalian. Maka barang siapa yang menganggap aku sebagai maulanya maka Ali ini juga adalah maulanya.
Saat itu juga Hassan mendengar Nabi berdoa, “Ya Allah, cintailah siapa yang mewalikannya dan musuhilah siapa yang memusuhinya!”
“tolonglah siapa yang menolongnya dan tinggalkan siapa yang meninggalkannya!”

“Cintailah siapa yang mencintainya dan bencilah siapa yang membencinya!”
Selanjutnya Rasulullah bersabda, “Ya Allah, aku bersaksi”

Saat itu Umar bin Khattab dan Abu Bakar maju ke hadapan Imam Ali bin Abi Thalib dan berkata, “Haniian laka, alangkah bahagianya anda wahai Ibn Abi Thalib, anda menjadi maula setiap mukmin dan mukminah”. Kaum mukmin yang lain berdesak-desakan di sekitar Nabi dan Imam Ali bin Abi Thalib as.

Panorama ini diingat betul oleh Hassan bin Tsabit, salah seorang penyair Rasulullah saw. Dan dalam kondisi ummat berdesakan di sekitar Nabi dan Imam Ali as, dia meminta izin untuk menyampaikan syairnya. “Ya Rasulullah, izinkan saya membuat syair untuk memuji Allah berkenaan dengan ini.”

Rasulullah menjawab, “Bersyairlah dengan nama Allah wahai Hassan.”
Lalu Hassan bersyair :

يناديهم يوم الغدير نبيّهم     بخم وأسمع بالرسول مناديا
وقال فمن مولاكم ووليكم؟       فقالوا ولم يبدو هناك التعادياً
الهك مولانا وانت ولينا      ولن تجدنّ منا لك اليوم عاصياً
فقال له قم يا عليّ فانني      رضيتك من بعدي اماماً وهادياً
فمن كنت مولاه فهذا وليّه     فكونوا له أنصار صدق موالياً
هناك دعا اللهم والي وليه      وكن للذي عادى علياًمعادياً

"Pada hari Al Ghadir, beliau bersabda di Khumm
Dengarkanlah panggilan Rasul tatkala dia berseru,
Dia telah bersabda, “siapa maula dan walimu?
Di sana mereka menjawab tanpa ragu
Allah maula kami dan engkau Nabi kami
Takkan kau temukan ketidakpatuhan pada kami
Nabi bersabda, “Bangkit Ali, aku sungguh puas.
Sesudahku engkaulah imam dan penuntun ummat
Siapa menganggap aku maulanya maka Ali maulanya juga
Maka jadilah kamu semua pengikutnya
Di sana Rasul berdoa, “Ya Allah, cintailah pencinta Ali
Dan musuhilah musuhnya”


0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About