28 Januari 2014

(Miracle of Love) Aku tak rela Rasulullah tertusuk duri sekalipun

“Berilah aku kesempatan untuk mengerjakan shalat dua rakaat.” ujar Khubaib bin Ady sesaat sebelum dia disalib. Orang-orang Quraisy mengijinkannya. Khubaib shalat dua rakaat yang singkat. Khubaib berkata, “Demi Allah, seandainya kalian tidak mengira bahwa aku mengulur-ulur waktu pembunuhanku, niscaya aku akan memperbanyak shalat.” Setelah itupun dia disalib.

Khubaib bin Adi berasal dari dari Bani Aus dan penghulu orang Anshar. DIa beriman pada Allah dan Rasul-Nya sejak Bait Aqabah. Ia sering bolak-balik kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam sejak beliau hijrah kepada. Dia sSeorang yang berjiwa bersih, bersifat terbuka, beriman teguh dan berhati mulia.

Kepahlawanan Khubaib dikenal saat perang Badar. Dia berhasil membunuh salah seorang pemimpin Quraisy yang bernama al-Harits bin’Amir bin Naufal. Setelah pertempuran selesai dan sisa-sisa pasukan Quraisy ke Mekah, Bani Harits mengukir kenangan tentang pembunuh yangmenewaskan bapak mereka. Mereka menghafalkan dengan baik nama orang Islam yang telah menewaskan ayah mereka dalam pertempuran itu ialah Khubaib bin ‘Adiy.

Oleh karenanya ketika mereka mendengar orang-orang Quraisy menangkap orang yang  bernama Khubaib bin Ady dalam sebuah operasi penjebakan sangat gembira. Dendam lama yang belum terbalas menggelegak mencari jalan keluarnya. 

Khubaib bin Ady tertangkap bersama dengan Zaib bin Datsinah yang merupakan sisa dari delegasi yang dikirim Rasulullah untuk kabilah Udal dan Qarah. Kabilah itu meminta mubaligh yang bisa mengajarkan tentang Islam. Rasulullah mengutus 10 sahabat  yang dipimpin oleh Ashim bin Tsabit. 

Ternyata permintaan mubalig itu adalah tipuan belaka. Di suatu tempat antara Usfan dan Makkah, kelompok kecil ini dijebak oleh sekitar 100 pemanah dari Bani Lihyan. Ashim segera memerintahkan teman-temannya agar segera berlindung ke sebuah bukit kecil di sekitar daerah tersebut. Pertempuran rombongan mubaligh dengan pasukan Bani Lihyan terjadi dengan sengi. Pasukan Bani Lihyan itu pun menyerang kelompok kecil itu dan berhasil membunuh Ashim dan enam sahabat lain, hingga tinggallah Khubaib bin Adi, Zaid bin Datsinah dan Murtsid bin Abi Murtsid. Pasukan Bani Lihyan menahan ketiganya. Namun Murtsid bin Abi Murtssit kemudian memberontak sambil berteriak, "Ini adalah pengkhianatan pertama!" serunya sambil berusaha melawan. Ia pun syahid. Ya. itulah pengkhianatan dan tipuan yang dilakukan oleh kelompok Quraisy terhadap Rasulullah.

Khubaib dan Zaid dibawa ke Makkah dan dijual sebagai budak. Khubaib dibeli oleh Bani Harits maka jadilah Khubaib bulan-bulanan seluruh anggota Al-Harits. Setiap hari sahabat Anshar yang dikenal bersifat bersih, pemaaf, teguh keimanan dan taat beribadah ini harus menerima siksaan. Dalam masa ini, Khubaib pernah memberi kejutan. Bani Harits terheran-heran karena Khubaib masih biassantai dan tenang-tenang memakan buah anggur. Padahal buah tersebut sedang tidak musim di Makkah dan Khubaib pun diikat tangannya dengan rantai besi.

Bani Harits mencoba untuk meruntuhkan keimanan dan kecintaanya pada Rasulullah dengean menakut-nakuti Khubaib. Diceritakan kepadanya bahwa saudara sekaligus sahabatnya, Zaid yang juga dibeli keluarga Makkah lainnya, telah dieksekusi. Ia telah dibunuh dengan cara ditusuk tombak dari lubang dubur hingga tembus ke dadanya!

Berita kejam nan sadis ini tidak berhasil membuat hati Khubaib ketakutan apalagi berpaling dari keimanan dan kecintaannya pada Rasullullah. Justru hal itu membuat dirinya lebih pasrah terhadap ketentuan-Nya. Tak tahan dengan ketegaran KHubaib, akhirnya keluarga Al-Harits pun memutuskan untuk segera mengeksekusi tawanan yang tegar itu.

Sebelum dieksekusi itulah Khubaib melaksanakan shalatnya. Setelah shalat dia mengucapkan sebuah syair.

Mati bagiku tak menjadi masalah
Asalkan dalam ridha dan rahmat Allah
Dengan jalan apa pun kematian itu terjadi
Asalkan kerinduan kepada-Nya terpenuhi
Kuberserah kepada-Nya
Sesuai dengan takdir dan kehendak-Nya
 
Pasukan pemanah telah bersiap. Khubaib disalib pada sebuah tiang. Lalu tanpa sedikit pun rasa belas kasih, pasukan pemanah menghujaninya dengan anak panah. Dalam keadaan sekarat, Abu Sufyan menghampirinya dan berkata, "Sukakah engkau bila Muhammad menggantikanmu sementara kau sehat wal afiat bersama keluargamu?"

"Demi Allah," jawab Khubaib, "Tak sudi aku bersama anak istriku selamat menikmati kesenangan dunia, sementara Rasulullah terkena musibah walau oleh sepotong duri!"

Abu Sufyan geleng-geleng kepala sambil berkata, "Demi Allah, belum pernah aku melihat manusia yang sangat mencintai sahabatnya, seperti halnya sahabat-sahabat Muhammad terhadap Muhammad."

Maka tanpa ampun lagi, pedang sang algojo pun menghabisi Khubaib. Namun sebelum ruhnya meninggalkan raga, Khubaib sempat berucap, "Ya Allah, kami telah menyampaikan tugas dari Rasul-Mu, maka mohon disampaikan pula kepadanya esok, tindakan orang-orang itu terhadap kami."

"Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikit pun tidak merubah (janjinya)" Al Ahzab : 23


0 komentar:

Posting Komentar

terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu

    Blogger news

    Blogroll

    About