Ini cerita tentang haji di tahun 2006. ini adalah perjalanan haji saya yang ke 3. haji pertama saya lakukan ketika studi di Iran, haji kedua tahun 2004 dan haji ke tiga tahun 2006. banyak orang menyarankan kalau haji itu cukup satu kali saja. namun kerinduan akan baitulllah dan Rasulullah selalu menyedot hati para alumni haji. bahkan bagi sebagian orang, kerinduan orang yang sudah melaksanakan haji dua kali lebih besar dibandingkan yang akan berangkat. awalnya sih tidak begitu percaya tapi seperti itulah adanya.
pada tahun 2006 ini saya mendampingi Bapak KH. Muchtar Adam yang membawa jemaah sebanyak 53 orang. Jumlah yang sangat banyak bagi saya. terlebih jika melihat karakter masing-masing yang unik dan satu sama lain berbeda. perbedaan karakter inilah yang biasanya menyebabkan pertengkaran para jemaah haji. oleh karena itu setiap jemaah sudah diingatkan sejak di Indonesia untuk saling lapang hati terhadap saudaranya.
Nah, diantara jemaah tersebutlah seorang ustad yang ahli dalam bidang seni baca Al Qur'an dan Qiraah Sab'ah. keberadaan beliau sangat membantu program Babussalam dalam membina para haji untuk membaca Al Qur'an.
setiap hari beliau mengadakan program tadarusan bagi jemaah yang hendak melancarkan bacaan Al Qur'annya. ternyata yang ikut program itu bukan hanya dari rombongan Babussalam. dari rombongan lainpun banyak yang mengikuti. sehingga beliau ini termasuk jemaah yang cukup dikenal jemaah lain.
Sebagai ustad beliau juga dipercaya oleh jemaah dalam urusan tawar menawar. Perlu diketahui bahwa jemaah indonesia termasuk jemaah yang royal dalam berbelanja tapi juga sering dicap pelit oleh pedagang di Saudi. Dulu tidak ada istilah tawar menawar dalam jual beli di saudi. jika mereka sudah mengatakan satu harga, maka tidak ada lagi jalan untuk menawar. tapi rupanya pembeli dari indonesia dengan gaya tawar menawarnya yang dahsyat memberikan warna baru di Pasar Seng atau tempat-tempat belanja lainnya. saat ini kegiatan tawar menawar sudah merupakan hal yang lumrah di sana.
kebiasaan orang saudi jika harga sudah betul-betul mentok akan mengatakan akhir kalam (harga akhir). jika pedagang sudah mengatakan seperti itu sebaiknya tidak usah menawar lagi. jika anda berkenan silahkan ambil jika tidak jangan menawar lagi. lebih baik tinggalkan saja.
Dalam kegiatan tawar menawar inilah kepercayaan diberikan kepada ustad tersebut. Khalas, Akhirul Kalam khamsah riyal atau asyrah riyal demikian dia berucap setiap kali menawar. kata-kata itu diucapkan setiap disuruh menawar. karena seringya dia mengatakan hal itu sampai sampai teman-temannya menggelarinya dengan Haji Akhirul Kalam.
24 Juni 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
hi..hi..hi...
BalasHapusanekdot yang menyegarkan hati...
2006 yang Januari atau yang Desember, ustadz?
BalasHapusKalo yang Januari yang ada "acara" Bangunan Runtuh di Pasar Seng.
Kalo yang Desember yang pakai "ceremoni" kelaparan :)
yang ada bangunan runtuh
BalasHapusI see
BalasHapusTempo hari dapat di daerah mana, Ustadz?
di aziziah, dekat masjid qatar. jauuuuh, tapi masih untung ada bis.
BalasHapusaiwah...!
BalasHapustapi deket dari mina, toh?
ya, dan lagi buntungnya, pas hari tasyrik itu kami tempatnya di muzdalifah. akhirnya harus rela ngindep di mina selama 2 malam. euuuh. ternyata malam juga ramee pisan
BalasHapus