0.
Bersama wagub Jabar, Dede Macan pernah ke Gunung Padang. Dari Bandung
memakai jasa keretaapi sampai Lampegan. Saya pikir jalur Bandung -
Cianjur - Sukabumi akan segera dibuka, eh, malah jalur itu dimatikan PT
KAI” Tulis T. Bachtiar - pengamat dan pencinta lingkkungan dari Kelompok Riset Cekungan Bandung dalam status FB-nya.
Saya sendiri sempat menggunakan jasa keretaapi unik ini pada tanggal 19 Februari, dengan rombongan Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda. Saat itu tujuan utamanya adalah Stasiun Lampegan, namun karena jalur Cianjur - Sukabumi (yang melewati Stasiun Lampegan) belum dibuka, maka kereta hanya sampai di Cianjur.
Dalam program Geotrek Gunung Padang, saya betul-betul menikmati kebersahayaan Argo Peuyeum. Bagaimana tidak, uang untuk jajannnya lebih mahal ketimbang karcis keretanya yang hanya Rp 1500,-. (dalam Wikipedia, harga tiket terakhir adalah Rp. 10.000,-) Di dalamnya tumpleklah semua strata manusia hingga monyet. Selain itu, saya juga betul-betul menikmati keindahan alam yang dilewati oleh si Argo Peuyeum ini.
Keindahan alam khas tempat para dewata terpapar sangat jelas, walau di sana-sini kemolekannya tergerogoti kerakusan manusia. tetap tak mengurangi keindahannya. Obrolan teman duduk yang bersahabat, ditinggkasi asap rokok berbagai merek bercampur dengan bau keringat dan terkadang bau kentut, entah dari lubang mana berasal. Tak akan ada yang mengaku.
Salah satu keunikan kereta ini yang cukup masyhur adalah karena sifatnya yang terkadang seperti angkot yang bisa berhenti di mana. Tak perlu turun di stasiun. Cara itu umum dilakukan masyarakat yang mau turun dekat dengan rumahnya. Cukup kontak dengan masinisnya, maka anda bisa turun di tempat kesukaan dengan manis.
Nama Argo Peuyeum sendiri bukanlah nama resmi dari PT KIA, namun nama tenar dari pengguna setia yang dulunya memang secara umum digunakan para pedagang peuyeum (tape) dari daerah Cipeuyeum, Ciranjang menuju Bandung. Nama itu melekat hingga kini.
Menurut Wikipedia, Kereta api Cianjuran adalah rangkaian kereta api bisnis dua rangkaian yang ditarik oleh sebuah lokomotif BB 301 atau BB 304. Kereta api ini melewati beberapa stasiun kecil, di antaranya Tagoapu, Cipatat, Rajamandala, Cipeuyeum, Ciranjang, Selajambe, Tipar, Maleber. Dalam perjalanannya rangkaian kereta ini harus melalui kontur berat menanjak, seperti di Rajamandala - Tagogapu - Cipatat.
Sayang sekali setelah beroperasi sekian lama, berkontribusi kepada masyarakat dengan transportasi murah meriah, ada potensi wisata berkelas dunia dan memberi goresan kenangan pada saya, akhirnya Argo Peuyeum pun dihentikan operasinya.
Adios Argo Peuyeum…
“Akhirnya layanan jasa keretaapi Bandung - Cianjur itu dimatikan
pengelolanya. Lebih dari 6 kali saya memakai jasa angkutan yang saya
gemari ini. Tiga kali saat mau ke situs megalit Gunung Padang, dan tiga
kali waktu mahasiswa tahun 1979-198Saya sendiri sempat menggunakan jasa keretaapi unik ini pada tanggal 19 Februari, dengan rombongan Wakil Wali Kota Bandung, Ayi Vivananda. Saat itu tujuan utamanya adalah Stasiun Lampegan, namun karena jalur Cianjur - Sukabumi (yang melewati Stasiun Lampegan) belum dibuka, maka kereta hanya sampai di Cianjur.
Dalam program Geotrek Gunung Padang, saya betul-betul menikmati kebersahayaan Argo Peuyeum. Bagaimana tidak, uang untuk jajannnya lebih mahal ketimbang karcis keretanya yang hanya Rp 1500,-. (dalam Wikipedia, harga tiket terakhir adalah Rp. 10.000,-) Di dalamnya tumpleklah semua strata manusia hingga monyet. Selain itu, saya juga betul-betul menikmati keindahan alam yang dilewati oleh si Argo Peuyeum ini.
Keindahan alam khas tempat para dewata terpapar sangat jelas, walau di sana-sini kemolekannya tergerogoti kerakusan manusia. tetap tak mengurangi keindahannya. Obrolan teman duduk yang bersahabat, ditinggkasi asap rokok berbagai merek bercampur dengan bau keringat dan terkadang bau kentut, entah dari lubang mana berasal. Tak akan ada yang mengaku.
Salah satu keunikan kereta ini yang cukup masyhur adalah karena sifatnya yang terkadang seperti angkot yang bisa berhenti di mana. Tak perlu turun di stasiun. Cara itu umum dilakukan masyarakat yang mau turun dekat dengan rumahnya. Cukup kontak dengan masinisnya, maka anda bisa turun di tempat kesukaan dengan manis.
Nama Argo Peuyeum sendiri bukanlah nama resmi dari PT KIA, namun nama tenar dari pengguna setia yang dulunya memang secara umum digunakan para pedagang peuyeum (tape) dari daerah Cipeuyeum, Ciranjang menuju Bandung. Nama itu melekat hingga kini.
Menurut Wikipedia, Kereta api Cianjuran adalah rangkaian kereta api bisnis dua rangkaian yang ditarik oleh sebuah lokomotif BB 301 atau BB 304. Kereta api ini melewati beberapa stasiun kecil, di antaranya Tagoapu, Cipatat, Rajamandala, Cipeuyeum, Ciranjang, Selajambe, Tipar, Maleber. Dalam perjalanannya rangkaian kereta ini harus melalui kontur berat menanjak, seperti di Rajamandala - Tagogapu - Cipatat.
Sayang sekali setelah beroperasi sekian lama, berkontribusi kepada masyarakat dengan transportasi murah meriah, ada potensi wisata berkelas dunia dan memberi goresan kenangan pada saya, akhirnya Argo Peuyeum pun dihentikan operasinya.
Adios Argo Peuyeum…
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu