Situ Cileunca... sedang selfie mania |
Pertama kali mengunjungi situ
Cileunca adalah saat terjadi gempa besar tahun 2006. Sambil menyerahkan bantuan
kepada masyarakat bukit Cacing, saya menyempatkan diri melihat situ ini. Saat
itu, belum ada jembatan yang menghubungkan desa Warnasari dan Pulosari.
Tahun 2014 saya ke Situ Cileunca
lagi, sudah ada jembatan merah yang juga sering disebut jembatan cinta. Jembatan
itu dibangun secara swakelola oleh pemerintah desa dengan tujuan meningkatkan
mobilitas penduduknya. Karena keunikan dan keindahannya, banyak pasangan yang
sering berduaan di jembatan itu. Karena itu jembatan ini sering disebut juga
jembatan cinta.
Airnya selain digunakan untuk
menggerakan turbin listrik tenaga air, juga digunakan untuk irigasi dan wisata.
Penggemar olah raga air dapat menggunakan aliran air Situ Cileunca yang
dialirkan ke Sungai Palayangan untuk rafting dan arung jeram. Aliran air yang
stabil dan beberapa jeram yang menantang betul-betul menjadi undangan buat para
penggemar olah raga yang menantang adrenalin ini.
Lansekap yang indah, berlatar
perkebunan teh dan panorama gunung Malabar, wayang dan windu menjadi pelengkap
keindahan situ di ketinggian 1550 dpl itu.
Karena ingin menikmati keindahan
situ ini dari dekat, saya tidak turun di poros jalan Pangalengan – Cisewu,
dekat plang bertuliskan DAM PULO. Kalau parkir di sini, saya mesti berjalan
kaki 100 meter menuju pinggir situ. Saya mengarahkan motor ke kiri. Agak masuk
hingga pertigaan. Lalu belok kanan menuju situ dan terus mendekat ke jembatan
merah (aka : jembatan cinta).
Bisa juga turun di kawasan/wana
wisata Situ Cileunca. Dari sana bisa menyewa sebuah perahu untuk sampai di
lokasi ini. Nah kalau lewat sini, mesti menyiapkan uang tiket sebesar
5000/orang dan sewa perahunya.
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah memberikan komentar pada posting ini... sukses selalu